Lezatnya Bubur Manado, Kuliner Khas Juga Kaya dengan Nutrisi
Bubur Manado atau populer dengan sebutan 'tinutuan' dikenal sebagai olahan bubur gurih asal Sulawesi Utara yang sehat dan kaya nutrisi. Berbeda dengan bubur di daerah lain.
Bubur manado ini dibuat dari beras yang dicampur dengan aneka bumbu dan sayuran seperti labu kuning, kangkung, bayam, kacang panjang, daun kemangi, ubi merah, jagung pipil, dan daun gedi yang hanya bisa dijumpai di Manado. Daun ini bentuknya seperti daun pepaya tapi tidak pahit.
Begitu melegendanya bubur Manado ini, sampai ada yang bilang: "Jangan ngana mangaku pernah ka Manado kalo ngana blum makang tinutuan". Artinya Anda jangan mengaku sudah pernah ke Manado, kalau belum mencicipi bubur Manado.
Bubur ini biasanya disantap dengan hidangan pelengkap seperti ikan tongkol atau ikan asin bersama sambal bakasang atau dabu-dabu. Selain enak, bubur ini memberikan banyak asupan gizi karena bahan pelengkapnya yang bermacam-macam dan menyehatkan. Orang Manado biasanya menyantap bubur ini selagi hangat dengan alas daun pisang.
Guru pembimbing SMK Negeri I Manado Ivana Emilia Sasia, menyampaikan, bahwa bubur manado, menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, dari balita sampai lansia, menyukainya.
"Ibaratnya kalau di Surabaya orang suka sarapan nasi rawon, nasi pecel atau soto Madura, di Yogya dengan nasi gudeg, di Manado sarapan yang utama 'tinutuan' atau bubur manado," kata Ivana.
Tinituan disukai oleh masyarakat Manado yang tinggal di kota sampai di pelosok desa. "Hotel berbintang di Manado rata-rata menu sarapan paginya tak meninggalkan bubur Manado, bahkan anak didiknya di SMK Negeri I Manado, piawai memasak bubur Manado," ujar Ivana.
Simbol Persatuan
Orang Minahasa mengidentifikasi dirinya sebagai orang-orang yang dekat dan terikat dengan alam sebagaimana nenek moyang mereka. Mereka mengolah makanan dari bahan-bahan yang mereka dapatkan langsung dari alam. Antara lain sayur-mayur, jagung, beras, dan umbi-umbian. Sebagai pemburu, pengumpul makanan, dan petani, orang Minahasa meneruskan tradisi (kuliner) nenek moyang mereka, yang juga menempati daerah pegunungan. Bahan makanan dari alam itu kemudian diolah menjadi tinutuan.
Makanan ini menjadi pemersatu di antara beragam kelompok masyarakat Minahasa. Sebab, makanan ini tak mengandung daging hewan buruan yang dimakan seluruh kelompok masyarakat Minahasa.
Seiring pertambahan penduduk di Sulawesi Utara, Manado menjadi kota yang ramai. Orang-orang dari penjuru Sulawesi Utara mendatangi kota ini dan membawa kebiasaan dari pedalaman. Salah satunya kebiasaan membuat tinutuan. Dari sinilah nama bubur manado mencuat. Katanya bubur manado itu sudah ada sejak tahun 1934.
Sekarang bubur manado dijual di berbagai sudut Kota Manado. Jika berkunjung ke Manado datanglah ke Jalan Wakeke. Nyaris semua rumah di sepanjang jalan ini membuka warung bubur Manado. Bahkan pada tahun 2001, Jalan Wakeke ini dinobatkan sebagai kawasan wisata makanan tradisional tinutuan.
Cara Membuat Bubur Manado
Kalau sekadar ingin menikmati tinutuan, tak harus ke Manado. Bisa mencoba membikin sendiri.
Cara membuatnya cukup mudah. Rebus beras dengan air; aduk sampai setengah matang. Tambahkan garam dan serai –plus, kalau suka, jahe, daun pandan, dan daun kunyit. Lalu masukkan potongan singkong, labu kuning, dan jagung sampai lunak.
Setelah agak mengental, masukkan bayam atau kangkung, daun melinjo, dan daun gedi. Bila suka, bisa dilengkapi dengan buncis dan kacang panjang sesuai selera. Terakhir, masukkan daun kemangi hingga daun layu kemudian diangkat. Sajikan dengan sambal ikan roa, perkedel jagung, ikan asin, tahu, atau sambal terasi.
Kalau ditelisik hampir setiap wilayah di Indonesia memiliki bubur khas masing-masing. Di Jakarta ada bubur ase, Cirebon punya bubur ayam, di Aceh terhidang bubur kanji rumbi, di Maluku tersedia bubur sagu. Di Jawa Timur ada bubur sumsum, bubur kacang hijau yang menyehatkan.
Advertisement