Lestarikan Ludruk, Unusa Buat Film Dokumenter Cak Durasim
Cak Durasim merupakan seniman ludruk yang memprakasai perkumpulan ludruk di Surabaya. Pria yang mempunyai nama asli Gondo Durasim ini bukanlah sosok seniman biasa.
Bahkan, ia juga disebut sebagai pejuang kemerdekaan karena kidungnya yang berbunyi 'Pegupon omahe doro, urip melu Nippon tambah sengsoro', yang secara jelas mengritik keras penguasa Jepang saat menjajah Indonesia.
Menilik hal itu, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) membuat sebuah film dokumenter yang menceritakan sosok Cak Durasim lewat film berjudul 'Jejak-Jejak Cak Durasim'.
"Karena keberanian Cak Durasim dalam menyampaikan kritik pada penjajah Jepang, membuat teman-teman Unusa untuk membuat film tersebut. Bahkan kami ingin para mahasiswa Unusa juga berani menyampaikan kritiknya serta meniru semangat Cak Durasim" ungkap Rektor Unusa, Prof. Achmad Jazidie, saat launching film di Gedung Balai Pemuda, Sabtu, 27 Oktober 2018.
Selain itu, Jazidie juga mengajak para mahasiswa untuk melestarikan ludruk yang merupakan kesenian asli dari Indonesia, khususnya di Jawa Timur. Karena, eksistensi ludruk saat ini tengah meredup di tengah perkembangan zaman yang semakin modern.
"Kita sebagai bangsa yang kaya akan kebudayaan harus tetap melestarikan ludruk dengan semangat," ucapnya.
Senada dengan Jazidie, Prof. Kacung Marijan mengatakan zaman sekarang banyak anak muda yang tidak tahu mengenai sosok Cak Durasim. Oleh sebab itu, pria yang juga dikenal sebagai penikmat kesenian ingin mengenalkan ludruk pada generasi muda.
"Kita ingin kenalkan pada generasi muda serta masyarakat, jika ludruk itu tidak hanya sebuah kesenian hiburan saja. Tapi kesenian yang syarat akan nilai-nilai kritikan dan juga memberikan solusi," kata Kacung.
Dengan adanya film tersebut, Kacung berharap ludruk dapat terus digemari masyarakat dengan kemasan baru sesuai perkembangan zaman. "Kalau cerita-ceritanya dikemas lebih menarik lagi, terus disesuaikan dengan teknologi yang ada. Pasti banyak orang yang menarik," ucapnya.
"Dan satu lagi, orang ke Surabaya belum lengkap kalau belum nonton ludruk," pungkasnya. (amm)