Lesbumi NU Gelar Lokakarya Pemajuan Kebudayaan di Lingkungan Pesantren
Masyarakat Indonesia malas membaca tapi cerewet di media sosial. Berkembangnya revolusi informasi kita gaduh di media sosial. Mulai dari soal nasab, hingga pengaburan sejarah melalui penuturan dan praktik memunculkan kuburan-kuburan baru, yang dilabeli seolah hal itu menunjukkan makam tokoh-tokoh penting dalam sejarah.
"Begitulah wujud perang opini, invasi pemikiran. Bentuk penyerangan bersenjatakan pemikiran, tulisan, ide-ide, teori, argumentasi, propaganda, dialog dan perdebatan yang menegangkan serta upaya lain pengganti perang fisik (perang konvensional), baik cara, sarana, alat, tentara, target maupun sasarannya). Itulah disebut ghazwul fikr " katanya.
Hal demikian tersebut terungkap pada kegiatan Lokakarya Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Nahdlatul Ulama (NU) di Pondok Pesantren Al Ikhlas, Mulyorejo Deketan Panceng, Kabupaten Gresik, 29-31 Oktober 2024.
Dihadiri Ketua Lesbumi PBNU KH M Jadul Maula, Ketua Lesbumi PWNU Jatim Riadi Ngasiran, dan KH Arfin Shunhaji (sesepuh Lesbumi PCNU Gresik), dan Ketua DPRD Gresik Muhammad Syahrul Munir. Diikuti peserta dari sejumlah penggerak seni budaya dari Lesbumi PCNU seperti Surabaya, Lamongan, Babat, Bangil, Tuban dan Lamongan, serta Bojonegoro.
Kegiatan dilaksanakan Lesbumi PCNU Gresik pimpinan Lukmanul Hakim, dengan topik lokakarya "Pelestarian objek Pemajuan Kebudayaan dan Cagar Budaya di lingkungan pondok pesantren dan masyarakat". Menghadirkan pembicara Wawan Yogaswara (Kementerian Kebudayaan) dan Khairil Anwar (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Gresik).
Pada kesempatan itu, Kiai Jadul Maula, yang Pengasuh Pondok Pesantren Kaliopak Yogyakarta, mengingatkan pentingnya melestarikan budaya setempat sebagai ikhtiar penguatan identitas diri sebagai bangsa.
Budaya Menjaga Nilai Identitas Bangsa
Adanya perang pemikiran, menurut Riadi Ngasiran, kini terjadi secara massif, dipersiapkan secara matang dan terukur, diterapkan secara teratur dan sistematis melalui sarana-sarana yang menjadi kebutuhan umat.
"Semisal, pers dan media informasi, pendidikan, hiburan dan olahraga, yayasan dan lembaga sosial masyarakat. Yang menjadi sasaran ghazwul fikr adalah pola pikir dan akhlak. Apabila seseorang Muslim sering menerima pola pikir sekuler, maka iapun akan berpikir ala sekuler," tuturnya, Kamis 31 Oktober 2024.
Diingatkannya, menurut teori, terdapat tiga cara melemahkan dan menjajah suatu negeri: Pertama, Kaburkan sejarahnya. Kedua, Hancurkan bukti-bukti sejarah bangsa itu hingga tidak bisa lagi diteliti dan dibuktikan kebenarannya; Ketiga, putuskan hubungan mereka dengan para leluhur, dengan mengatakan jika leluhur itu bodoh dan primitif.
"Dengan teori ini, bangsa Indonesia yang sebagian besar Islam, bisa dilemahkan dan kehilangan jati diri selama ratusan tahun, membiarkan penjajahan di atas negeri terjadi bukan saja dari serangan bangsa asing tapi dengan melupakan dan tidak percaya akan keberadaan leluhur," pungkas Riadi Ngasiran.