Leraikan Stres dengan Tawa, Dua Humor di Ambang Resesi Global
Tertawa, perasaan bahagia, dan selera humor tinggi berhubungan dengan kesehatan jantung yang terjaga. Tertawa karena reaksi dari hal-hal yang menghibur merupakan cara ampuh untuk meredakan stres.
Ketika seseorang tertawa tubuh bisa menghasilkan hormon endorfin yang berfungsi mengurangi rasa sakit serta memicu perasaan positif.
Tertawa meningkatkan asupan udara yang kaya oksigen, merangsang jantung, paru-paru dan otot, serta meningkatkan endorfin yang dilepaskan oleh otak Anda. Demikian tulis Mayo Clinic atas penelitian dari University of Maryland Medical Center, Amerika Serikat.
Dengan manfaat seperti itu, menahan diri untuk tidak tertawa atau terlibat dalam kegiatan rekreasi artinya menghilangkan sebagian cara menghilangkan stres. Dalam jangka panjang stres yang menumpuk dapat berakibat buruk untuk kesehatan jiwa.
Penelitian dari University of Maryland Medical Center juga mendapat temuan serupa. Di mana tertawa mampu meningkatkan aliran darah. Sebab tertawa mampu melebarkan lapisan dalam pembuluh darah yang disebut endotelium.
Di samping itu, tertawa juga menyebabkan pelepasan beta-endorfin dalam hipotalamus, yang mengarah pada pelepasan oksida nitrat. Di mana oksida nitrat adalah bahan kimia yang melindungi jantung dengan mengurangi peradangan dan mencegah pembentukan plak kolesterol.
Penelitian juga menemukan bahwa perubahan endotelium yang disebabkan tertawa cenderung mirip dengan manfaat latihan aerobik atau penggunaan obat penurun kolesterol seperti statin.
Stres yang menumpuk dapat menimbulkan gejala emosi mulai dari mudah marah, kerap merasa kewalahan, pikiran tidak tenang, hingga depresi. Pada beberapa kasus stres jangka panjang juga bisa menimbulkan gejala fisik mulai dari tekanan darah tinggi, nyeri, sakit kepala, hingga lemas.
Berikut dua humor sebagai penawar ketegangan, bahkan bisa membebaskan dari rasa stres di masa-masa sulit.
1. Tragedi Buah Apel
Seorang guru perempuan sedang mengajar murid-muridnya di hari pertama masuk sekolah. Diatas papan tulis ia mencoba menggambar buah apel, lalu sambil membalikkan badannya ia bertanya kepada para murid:
"Gambar apa ini ?"
Tak ayal para murid secara serentak berseru: "Pantat!"
Mendengar jawaban tersebut, guru tersebut menangis sambil setengah berlari mencari kepala sekolah untuk mengadukan perilaku murid-muridnya.
Melihat tangisan sang guru perempuan tersebut, kepala sekolah tanpa menanyakan alasannya, langsung saja menerjang masuk ke ruang kelas, lalu dengan emosi ia memarahi semua murid:
"Kalian sungguh berani-beraninya mempermainkan seorang guru! Apa yang kalian lakukan terhadapnya ?!"
Sesaat ruang kelas menjadi senyap. Semua murid jadi bengong. Sang kepala sekolah kemudian menoleh ke arah papan tulis. Ia semakin marah ketika melihat apa yang tergambar di papan tulis:
"Ini sudah keterlaluan, kalian bahkan berani menggambar pantat di papan tulis!" Mendengar ini sang guru perempuan langsung pingsan.
2. Gajah Ngamuk di Lampung
Suatu hari di Lampung ada sebuah tragedi gajah mengamuk ke pemukiman warga. Namun ada 3 orang pemburu berdarah dingin dan mereka terjebak di dalam hutan. Dan gajah-gajah itu mengamuk jika melihat manusia.
Bagaimana 3 lelaki itu bisa lolos dari cengkraman gajah-gajah itu?
Jawabannya tiga lelaki itu telanjang bulat dan berjalan dengan sikap KAYANG!
Catatan:
Tragedi dan Tawa. Suasana resesi menjadikan seseorang stres. Diperlukan suasana riles dan bhagia. Jangan lupa tertawa demi kesehatan jantung. Apalagi saat ini, ekonomi dunia tengah berada di bibir jurang resesi. Beberapa negara maju telah menunjukkan gejala resesi, termasuk Eropa, Inggris dan Amerika Serikat (AS).
Dengan berbagai risiko yang dibawa dari resesi, masyarakat pun dibayang-bayangi ketakutan hingga stres. Berbagai antisipasi pun perlu dilakukan agar tidak merasakan dampak yang terlalu besar.
Antisipasi yang paling mudah dilakukan adalah meminimalkan stres dan menjaga kesehatan jantung. Hal ini mudah dilakukan karena Anda hanya perlu tertawa.
Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian menunjukkan hubungan yang kuat antara emosi dan kesehatan jantung. Penelitian tersebut menemukan bahwa permusuhan, kemarahan, depresi, kecemasan, dan isolasi sosial mengarah pada tingkat penyakit jantung yang lebih tinggi.
Advertisement