Lentera Fotosintesis, Inovasi Percepat Pertumbuhan Tanaman
Lima mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) dari Fakultas Teknik dan Fakultas Kesehatan yang tergabung dalam satu tim. Mereka berhasil mendapatkan Medali emas dalam ajang Bangkok Internasional Intellectual Property, Invention, Inovasi and Technology untuk kategori Modern Agricultural.
Lentera fotosintesis menjadi inovasi yang mengantarkan mereka meraih medali emas tersebut.
Ghois Qurniawan, ketua tim mengatakan, keberhasilan mereka merupakan inovasi di bidang modern agrikultural. Ia memiliki fungsi untuk mempercepat pertumbuhan tanaman serta dapat digunakan pada tanaman musiman agar dapat tumbuh dan menghasilkan buah di setiap musim.
"Prinsip kerja alat ini supaya tanaman dapat berfotosintesis dalam 22 jam per hari. Karena pertumbuhan tanaman berbanding lurus dengan asupan makanannya," ujar Ghois saat ditemui di UM Surabaya, Senin, 11 Februari 2019.
Alat ini telah dikalibrasikan dengan spektrum cahaya dari cahaya matahari, lanjut Ghois. Sehingga, warna spektrum dari alat ini sesuai dengan yang dihasilkan cahaya matahari.
"Alat ini juga dilengkapi sensor cahaya otomatis. Sehingga bila ada sinar matahari cahaya ini akan mati dan kembali menyala saat malam hari," ungkap Ghois.
Menurut Ghois, tanaman yang mendapat cahaya tambahan dari lentera fotosintesis ini mempunyai kelebihan waktu pertumbuhan lebih cepat. Daunya lebih hijau, batangnya lebih kuat serta terhindar dari hama yang takut cahaya seperti tikus atau belalang.
"Hemat energi juga hingga 80 persen. Karena menggunakan lampu LED 30 watt. Selain itu juga bisa digunakan lahan outdoor seperti gedung bertingkat atasnya bisa dibuat pertanian dengan bantuan alat ini," jelasnya.
Dalam proses pembuatannya, menurut Ghois, yang paling sulit ialah menemukan lampu LED yang cocok. Sebab tidak semua lampu LED mempunyai kemampuan menumbuhkan.
"Kesulitan kami juga dalam riset kesehatan apakah tanaman yang dihasilkan layak dikonsumsi atau tidak. Maka dari itu tim kami gabungan antara mahasiswa teknik dan kesehatan," terangnya.
Ghois dan timnya pun mengungkapkan dari hasil riset kesehatan tanaman yang dihasilkan dengan bantuan cahaya ini aman untuk dikonsumsi oleh tubuh.
Untuk membuat alat ini bahan yang dibutuhkan antara lain LED HPL Blue, LED HPL deep blue, LED HPL red, LED deep red, panel control serta sensor cahaya.
"Alat ini pun bisa digunakan dengan cahaya listrik juga dengan solar agar lebih hemat energi," imbuhnya.
Ghois menambahkan, alat ini memang hanya bisa digunakan di lahan terbuka seperti sawah atau diatas gedung bertingkat.
"Saya berharap nantinya alat ini bisa berguna bagi para petani serta bisa membantu pertanian yang sudah minim lahan, jadi bisa memanfaatkan ruang-ruang terbuka lainnya," harap Ghois.
Dr. dr. Sukadiono, MM, rektor UM Surabaya juga menyambut baik atas kemenangan mahasiswanya di bidang inovasi Agnicultural, meskipun di UM Surabaya sendiri tidak ada jurusan khusus pertanian.
"Ini merupakan inovasi yang original, saya mengapresiasi dan bangga atas apa yang dicapai mahasiswa. Dan semoga menjadi pemacu mahasiswa lain melakukan hal yang sama," pungkas Sukadiono. (pit)
Advertisement