Lenin, Staquf dan PBNU
oleh : M. Najib Azca
Vladimir Ilyich Ulyanov alias Lenin, tokoh revolusi komunis Soviet, hadir di Pondok Pesantren Krapyak, Sabtu jelang siang, 1 Januari 2022.
Tentu bukan secara fisik. Lenin hadir dalam pidato yang disampaikan oleh Gus Yahya Cholil Staquf, Ketua Umum PBNU masa khidmat 2021-2026. Gus Staquf, demikian teman-teman di Fisipol UGM biasa memanggilnya, menyampaikan pidato dalam acara tasyakuran pasca Muktamar ke-34 NU di Lampung yang diselenggarakan oleh Sayyid Muhammad Hilal Al-Aidid.
Gus Staquf merujuk kepada KH.Abdurrahman Wahid alias Gus Dur saat mengutip Lenin. Ringkasnya, dalam bahasa pesantren: Gus Staquf mengutip Lenin bersanad kepada Gus Dur. Mengapa Gus Staquf mengutip Lenin?
Pada saat itu beliau sedang menyampaikan kabar kepada khalayak yang hadir mengenai susunan kepengurusan baru PBNU yang nyaris final disusun. Draft susunan itu, ujarnya, bahkan sudah mendapat persetujuan dari Rais Am PBNU KH. Miftachul Akhyar. Tinggal diresmikan bersama tim mid-formatur.
Transformasi Besar
Nah, pada saat itulah beliau menyebutkan bahwa apa yang sedang dilakukan oleh PBNU saat ini adalah ikhtiar untuk melakukan transformasi besar di tubuh NU untuk menyambut Abad Kedua NU. Merujuk judul buku yang diterbitkannya pada 2020 itulah "PBNU, Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama".
Dalam ikhtiar perjuangan besar itulah, ujarnya, kita tidak boleh hanya memikirkan diri sendiri. “Ini adalah ikhtiar yang lebih besar dari diri sendiri karena itu kita tidak boleh hanya memikirkan diri sendiri!”
Ucapan cucu KH. Bisri Mustofa asal Rembang itu disampaikan dalam suara tinggi yang disambut dengan tepuk tangan hadirin.
Nah, pada saat itulah Gus Staquf mengutip Lenin—bersanad kepada Gus Dur. Menurut Lenin, dalam setiap revolusi dikenal ada ‘kaum revolusioner kekanakan’ (infant revolutionaries). Siapa itu ‘kaum revolusioner kekanakan’? Mereka adalah orang mendukung revolusi, namun kemudian bukan berfikir mengenai cita-cita bersama yang hendak dicapai melainkan posisi apa yang didapat setelah revolusi usai.
Ini yang menarik disimak: Gus Staquf membuat tamsil apa yang sedang dilakukannya sekarang di PBNU sebagai revolusi. Tentu yang dimaksud revolusi di sini bukan dalam arti “an attempt, by a large number of people, to change the government of a country, especially by violent action” (seperti definisi pertama yang disebutkan oleh Oxford Learners Dictionaries). Melainkan lebih mendekati makna keduanya yaitu: “a great change in conditions, ways of working, beliefs, etc. that affects large numbers of people” 1)
Gus Staquf menyatakan bahwa revolusi di NU belum selesai, bahkan baru saja dimulai. Revolusi untuk melakukan perubahan besar di tubuh NU agar menjadi kekuatan sosial keagamaan yang mendiri, menjadi jam’iyyah yang bermanfaat dan bermartabat, yang memberikan sumbangan bagi perdamaian dunia.
“NU lahir dalam konteks dunia yang berubah dahsyat pasca runtuhnya Khilafah Utsmaniyah pada awal Abad 20. NU merupakan sebuah ikhtiar para ulama untuk memainkan peran dalam perubahan peradaban dunia. Itulah mengapa NU berlambang gambar jagat atau bumi, karena para mu’asis NU berwawasan global, berwawasan peradaban.” Demikian ungkapnya meyakinkan.
Revolusioner Kekanak-kanakan
Lalu siapa itu ‘kaum revolusioner kekanakan’ yang dimaksud Gus Staquf? Entahlah.
Yang jelas acara dihadiri oleh sejumlah tokoh utama NU, termasuk Menteri Desa dan Daerah Tertinggal A. Halim Iskandar dan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. Hadir juga anggota AHWA dan ulama sepuh dari Sumatera Utara KH. Ali Akbar Marbun, KH. Idris Hamid dari Pasuruan, dan KH. Ubaidillah Shodaqoh, Rais Syuriah NU Jawa Tengah. Juga tampak dua ‘pendekar muktamar NU’ Gus Saifullah Yusuf dan Nusron Wahid dan seratusan hadirin lainnya.
Lalu seperti apa tim baru PBNU yang hendak mengawal dan melaksanakan transformasi besar menyambut Abad Kedua NU itu? Kita tunggu saja. Kabarnya, kabinet baru yang akan menyelenggarakan “Governing the Nahdlatul Ulama” (demikian ungkapan yang ditulis oleh Gus Staquf 2) akan dilantik pada 31 Januari 2022 bersamaan dengan peringatan Hari Lahir ke-96 NU.
Semoga sukses dan amanah bersama tim baru PBNU, Gus.
Sleman, 3 Januari 2022
M. Najib Azca
Nahdliyin pinggiran, dosen Fisipol UGM
2) https://kumparan.com/yahya-cholil-staquf/governing-the-nu-1wh4ogiUyOI