Lelucon Perdamaian, dari Telegram hingga Veteran Perang
Perang di Ukraina tak mengguncang perhatian dunia. Invasi Rusia ke negeri yang berdiri atas pecahan Uni Soviet pada 1991 itu, seolah 'pengambilan kembali' hak sejarah kekuasaan Moskow.
Terlepas dari invasi, agresi, atau pendudukan suatu negara ke negara lain, kelucuan-kelucuan di balik perang tetap bisa kita nikmati sebagai bagian keseimbangan memahami suatu masalah.
Humor tetaplah ikhtiar untuk menyehatkan jiwa. Seperti berikut:
Menerima Telegram Saat Perang
Prajurit: "Lapor Pak Kolonel, kita barusan telah terima sebuah surat kawat yang dialamatkan kepada Bapak pribadi."
"Nggak masalah donk, tentu ada instruksi darurat dari atasan. Bacalah." perintah sang kolonel.
Prajurit segera membacanya: "Kegagalan kita kali ini terutama disebabkan karena kebodohan dan ketidak-becusanmu."
"O, ini tentu telegram kode. Cepat terjemahkan itu untukku!" instruksi si kolonel dengan nada serius.
Tentara Veteran Perang
Sekali, seorang anak muda duduk di depan gedung Markas Angkatan Darat, Abraham Lincoln melihatnya dan menanya ia sedang ada urusan apa. Anak muda itu menjawab: "Aku perang di garis depan mengalami luka, aku datang kemari untuk menerima gaji dan perbekalan tentara, tetapi mereka kini tak menghiraukan diriku. Si anak sundal, Lincoln, entah ada di mana sekarang, mentang-mentang berkuasa ia sudah tidak mempedulikan diriku lagi."
Mendengar perkataan ini, Lincoln dengan tenang menanyanya: "Kamu punya kartu identitas enggak? Aku adalah seorang pengacara, yuk, tunjukkan kartumu apakah masih berlaku."
Anak muda itu segera menyerahkan kartunya. Sesudah melihatnya sebentar, Lincoln berkata: "Kamu segera pergi ke Kamar no. 308 mencari Bapak Antoni, ia akan membantumu mengurus segala-galanya."
Anak muda itu masuk ke gedung Markas Angkatan Darat, seorang penjaga pintu menanyanya: "Kamu barusan berbicara dengan siapa?"
"Dengan seorang kakek buruk rupa yang mengaku dirinya pengacara."
"Kakek buruk rupa apa, ia adalah Presiden kita, Abraham Lincoln."