Legitnya Durian Kaki Gunung Lawu, Harga Murah Banyak Variannya
Gerimis disertai hujan lokal di wilayah Jawa Timur bagian Barat tak menyurutkan semangat para maniak durian berburu buah durian, sisa panen di kawasan kaki Gunung Lawu Kabupaten Ngawi, Minggu Februari 2024.
Beberapa mobil terlihat mondar mandir di jalan desa. Sesekali berhenti dan bertanya kepada warga kebun, siapa yang masih ada buah durian.
Raut wajahnya memperlihatkan rasa kecewa, setelah mendapat penjelasan bahwa panen buah durian sudah berakhir, tapi mungkin masih ada,. Hanya saja mencarinya harus sabar.
Seorang warga Desa Karangrejo, bernama Natalia. menjelaskan waktu panen durian para penggemar durian dari berbagai daerah seperti Surabaya, Malang, Kediri Madiun, Magetan, berdatangan. Mereka jalan jalan sampai macet, desa yang semula sepi berubah menjadi daerah wisata durian.
"Waktu panen, banyak penggemar durian yang datang. Sejak zaman Belanda daerah kaki gunung Lawu dikenal penghasil durian berkualitas unggul dan banyak variannya," kata Nata.
Perempuan yang pernah mencicipi dunia jurnalistik itu mengaku mengerti soal buah durian (durio zibethinus). Maklum, orang tuanya juga memiliki kebun durian. Bahkan kakaknya merupakan grosir buah durian.
"Kakak saya itu yang memberi nama jenis durian yang jumlahnya cukup banyak. Setiap nama karakternya berbeda, yang mempengaruhi rasa durian ini manis atau yang ada pahit pahitnya," ujar Perempuan yang kini tercatat sebagai dosen di perguruan tinggi swasta di Kota Malang ini.
Desa Karnagrejo Kendal ini merpuakan perkampungan durian. Setiap kebun pasti ada pohon durian lima sampai 15 pohon, tergantung luas kebunnya. Kraena kalau lagi panen sekitar bulan Desember sampai Januari Desa Karangrejo ini banjir durian. Buah yang aromanya menyengat dan rasanya legit tersebut.
"Orang yang datang ke Karangrejo saat panen durian pasti durian maniak. Sebab orang yang tidak suka buah durian, kena baunya saja bisa mabuk." kata Sukamto grosir durian di Desa Karangrejo
Ia memberkan alasan durian maniak itu larinya ke perkampungan durian di kaki Gunung Lawu. "Selain kualitas duriannys unggul, juga matang di pohon bukan karbitan, Selani itu varian atau jenisnya juga cukup banyak, ada 10 sampai 20 an," ujar Sukamto.
Ia menamahkan satu lagi kalau melayani tamu atau pembeli harus jujur tidak boleh 'memplokoto' atau berbohong pada pembeli, harus jujur. "Mentah harus bilang mentah, rusak harus bilang rusak. Kalau secara tidak sengaja ternyata terselip durian mentah atau rusak, dan pembeli komplin, harus minta maaf dan durian yang tidak bisa dimakan itu harus diganti," kata Sukanto.
pemilik pangkalan durian Totok' Nama pangkalannya itu sesuai dengan geografis yang berada di totokan jalan, bukan nama orang.
Di pangkalannya ini Sukamto bertransaksi dengan tamu tamuanya sampai 500 buah sehari. Setiap orangnya membeli durian paling sekiti 10 dampai 15 buah
Durian Karangrejo yang disukai oleh Sukanto dikatakan relatif. Sebab kesukaan penggemar durian itu tidak sama. Ada yang suka manis ada suka pahit- "Durian yang kualitasnya bagus, baunya menyengat dan pahitnya nendang, kalau bisa mendapatkan duris yang kualitasnya seperti ini, makan yang kecil saja langsung mabok, katanya.
Nama nama buah durian dari kaki Gunung Lawu yang terkenal antara lain durian bajul. durian bajul ini terbagi beberapa varian, bajul king, bajul ijo dan bajul merah.
Bajul king merupakan rajanya durian bajul. Aromanya menyengat, pahitnya nendang. "Dibandingkan jenis lain, durian bajul king ini yang paling galak. Makan durian yang harganya Rp70 ribu masih belum puas, tapi kalau makan durian bajul king seharga Rp,20 000, langsing mabok," ujanya.
Dengan demikian kepuasan makan durian bukan diukur dari harga atau jumlah durian yang dimakan, tapi kualitasnya," ujar Sukamto.
Selain durian bajul dengan variannya tadi, ada durian mentega, merica, petruk, bagong, landak, sukun dan durian montong dengan karakter yang berbeda,
Sukamto sendiri memfavoritkan durian jenis merica dan sukun. Kulitnya titip buahnya tebal dan bijinya kecil. Tapi ia menyayangkan durian peninggalan nenek moyang sejak azman Belanda mulai langka.
Banyak pohon durian yang rusak dan produksinya menurun akibat kerusakan kesuburan tanah perubahan iklim. "Dulu zaman Belanda, satu pohon bisa menghasilkan 2000 buah. Sekarang kuantitas dan kualitasnya menurun," ujarnya.
Seingat warga kampung durian di kaki uGnung Lawu, pemeintah belum pernah cawe cawe untuk meningkatkan kualitas durian lokal bisa go internasional. Jangan terbalik, durian luar yang malah masuk ke Indonesia.
"Asal tahu, durian impor itu bibitnys, berasal dari Indonesia, kemudian mereka kembangkan emnjadi beberapa varian, kemudian dijual ke Indonesia dengan harga yang lebih mahal," kata Sukamto.
Advertisement