Legit Panen Buah Melon Mojokerto dengan Sistem Tanam Green House
Sistem bertani buah melon ala green house bisa dijadikan solusi sebagai pemulihan ekonomi setelah pandemi Covid-19. Salah satu yang merasakan adalah Muhammad Fatihul Munir 35 tahun asal Desa Jiyu, Kecamatan Kutorejo, Mojokerto.
Petani milenial yang rela menyewa lahan pekarangan warga di Dusun Pelintahan Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Mojokerto ini meraup untung Rp 80 sampai Rp 100 juta per tahun.
Menggunakan lahan seluas 600 meter persegi yang dibangun di pekarangan warga, Munir mampu menghasilkan 1,5 sampai 2 ton melon dalam sekali panen dari sistem pertanian ruangan aliasĀ green house.
Munir sudah 4 kali memanen buah melon yang ditanam dengan sistem green house. Kali ini, ia menanam buah melon jenis sakata glamor yang memiliki rasa manis dan daging buah yang tebal.
Saat Ngopibareng.id berkunjung ke tempat Munir, dua buah melon jenis sakata glamor pun disuguhkan untuk membuktikan rasa yang diceritakan. Benar saja, daging buah melon yang berwarna oranye itu terasa sangat manis, daging yang tebal pun terasa renyah saat dikunyah.
Munir pun bercerita, dalam satu kali panen, ia mendapatkan keuntungan sebesar 25 hingga 30 juta. "Dalam satu tahun itu untungnya antara 80 sampai 100 juta," kata Munir kepada Ngopibareng.id, Rabu 22 September 2021.
Lahan seluas 600 meter persegi itu disewa seharga Rp 4 juta rupiah per tahun. Di lahan seluas itu, ia dapat menanam antara 1.300 sampai 1.500 bibit buah melon. Menurut dia, sistem bertani buah melon ala green house ini sangat menguntungkan.
"Dalam dunia pertanian itu biasanya yang paling menguntungkan melon. Tapi melon yang jenis premium, dan ditanam menggunakan pertanian modern yaitu green house. Untuk melon jenis sakata ini, usia 70 hari sudah bisa panen," ujarnya.
Pria mantan pegawai honorer Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto itu pun membeberkan keuntungan menanam buah melon dengan sistem green house. Pertama, dengan sistem green house ini mudah untuk memasarkannya.
"Kedua minim pestisida, agar hama atau virus tidak bisa masuk ke dalam green house menyerang tanaman, dan tidak terkena hujan. Tingkat keberhasilannya 90 persen bisa panen dengan baik," tegasnya.
Menurut dia, bertani dengan sistem green house ini tidak mengenal musim. Meski musim penghujan tetap saja bisa menanam. "Walau di musim kemarau tidak pengaruh, tetap bisa tanam dan panen," jelasnya.
Munir sebelumnya adalah pegawai honorer Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto, saat itu ia menjadi staf IT. Pada tahun 2013 ia mengundurkan diri dan bekerja di pabrik meubel di wilayah Ngoro Industri. Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2019 ia belajar membudidayakan buah melon dengan sistem green house di wilayah Malang dan Blitar.
Setelah satu tahun lamanya, pada tahun 2020 akhir ia mulai mempraktikkan sistem tanam yang sudah dipelajari sejak ia keluar dari perusahaan meubel. Beruntung sejak pertama menanam hingga saat ini ia selalu berhasil.
Advertisement