Legenda Sepakbola Rudy Keltjes Meninggal, Dimakamkan Jumat di Surabaya
Rudy William Keltjes meninggal pada Rabu 23 Oktober 2024, setelah mengalami serangan jantung. Legenda sepak bola asal Surabaya itu, rencananya akan dimakamkan di Pemakaman Umum Babat Jerawat Surabaya, pada Jumat 25 Oktober 2024.
Nyeri di Dada
Rudy Keltjes meninggal pada Rabu 23 Oktober 2024, sekitar pukul 12.30 WIB. Pemain Timnas Indonesia Rully Nere menyebut mendapat informasi tersebut dari sahabatnya. "Untuk penyebabnya saya belum bisa pastikan," kata Rully kepada media.
Namun asisten rumah tangga Rudy, Syam menyebut, legenda sepak bola itu sempat mengeluh sakit di bagian dadanya, pada Rabu siang.
Meski sebelum sakit, Syam mengatakan jika Rudy tak menunjukkan gejala sakit dan masih melakukan aktivitas olah raga rutinnya seperti jalan kaki, bersepeda, juga melatih sepak bola pada anak-anak di Kodam V Brawijaya. "Tadi saya dapat kabar, (Rudy) meninggal sekitar pukul 12.00 WIB. Padahal, kayaknya enggak sakit, tapi tiba-tiba dadanya nyeri," kata Syam kepada media.
Sedangkan anak mendiang, Stevan Keltjes menyebut jika ayahnya sempat mengeluh sakit lambung sebelum dilarikan ke rumah sakit.
Mendiang kemudian mengalami sakit jantung pada Rabu siang, sebelum meninggal.
"Sebelum meninggal dunia, ayah sempat mengeluh sakit lambung dan dilarikan ke rumah sakit. Namun, pada Rabu siang meninggal dunia karena serangan jantung," katanya kepada media, Kamis 24 Oktober 2024.
Rudy Keltjes kemudian disemayamkan di Rumah Duka Adi Jasa Surabaya, dan rencana dimakamkan di TPU Babat Jerawat pada Jumat 25 Oktober 2024, esok.
Legenda Sepakbola Surabaya
Nama Rudy Keltjes populer di dunia sepakbola. Pria yang meninggal di usia 72 tahun itu dikenal sebagai pemain yang ikut membawa Persebaya juara Perserikatan pada 1977.
Sosok kelahiran Situbondo itu kemudian mendapat penghargaan sebagai pemain terbaik setelah mencetak gol kemenangan Persebaya atas Persija di GBK, di tahun yang sama.
Prestasi gemilangnya membuat namanya dipanggil PSSI untuk memperkuat Timnas di sejumlah pertandingan luar negeri di antaranya di ajang SEA Games 1979 dan 1983.
Tahun 1987 ia mulai mengubah karir menjadi pelatih dan mengawali dengan menjadi asisten Muhamad Basri di Niac Mitra. Di kesempatan pertamanya pula, ia sukses membawa Niac Mitra juara Galatama 1988.