Legenda Sarip Tambak Oso, Pejuang Kota Udang yang Jadi Buruan VOC
Sarip Tambak Oso, adalah seorang pejuang dari Sidoarjo pada masa VOC, sekitar abad ke-17. Legenda tentang Sarip Tambak Oso hingga kini masih melekat erat dengan sejarah pejuang dari kota udang. Ia dikenal sebagai salah satu tokoh yang berani melawan ketika VOC menguasai perdagangan dan menduduki negeri ini.
Cerita rakyat ini menjadi hikayat bagi generasi selanjutnya. Perjalanan hidupnya sering dipakai sebagai lakon pentas drama ludruk Jawa Timuran. Namun, kehidupan Sarip Tambak Oso dipenuhi dengan misteri.
Cerita kesaktian Sarip Tambak Oso melegenda bagi masyarakat Sidoarjo dan Jawa Timur. Di akhir hayatnya pun dipenuhi dengan misteri. Hingga kini, tidak ada yang mengetahui dengan pasti di mana jasad tokoh dari Desa Tambakrejo, Kecamatan Waru itu dimakamkan.
Mendengar cerita dari Kosim, keturunan Sarip yang ke-8, yang tersisa dari legenda Sarip Tambak Oso hanyalah bekas tanah yang dulunya menjadi tempat tinggal Sarip dan mboknya (ibu).
"Konon, kesaktian Sarip terletak pada mboknya ini," tutur Kosim, laki-laki berwajah sangar namun berhati ramah itu, Sabtu 10 September 2022.
Kosim, kelahiran 1960 ini berprofesi sebagai penggali makam, mendapat pesan singkat dari ayahnya, Sholeh. Ia diminta menyimpan gaman (senjata) berupa tombak dan sabit. Kosim diminta untuk menyimpan kedua benda itu dengan baik.
Peninggalan lain yang didapat Kosim adalah keberadaan makam Mbok Sarip Tambak Oso. Makamnya berada di kompleks makam keluarga Kyai Mas Ubaidillah, Desa Tambak Sumur, Kecamatan Waru. Ia sendiri sudah sering berziarah ke makam itu.
Menurut penuturan Kosim, Sarip Tambak Oso sebenarnya orang Desa Tambak Rejo. Tapi lebih dikenal dengan Sarip Tambak Oso. Ini ada ceritanya, kata Kosim.
"Waktu itu, zaman VOC, lurah dan carik Desa Tambak Oso dianggap Sarip anteknya Belanda. Dimana, era itu masyarakat mengalami hidup serba sulit, untuk makan saja susah, apalagi dimintai pajak. Dari sini kemudian Sarip melawan. Salah satu korbannya adalah lurah Tambak Oso dan cariknya," kisahnya.
Keberanian Sarip Tambak Oso yang berpihak dan membela rakyat kecil membuat VOC gerah. Selain dianggap pembuat onar dan menghasut rakyat untuk melawan VOC, keberadaan Sarip Tambak Oso menjadi pengganggu bagi kelancaran bisnis perdagangannya.
Mulailah, VOC menetapkan Sarip Tambak Oso jadi buruan utama Belanda. Berbagai cara dilakukan untuk melenyapkan Sarip Tambak Oso. Mulai dari cara kasar sampai dengan cara fitnah. Mengadu domba sesama rakyat. Tidak sedikit mereka yang terhasut dari propaganda VOC. Dengan iming-iming uang dan jabatan, VOC minta kepala Sarip Tambak Oso dipenggal.
Banyak pendekar yang akhirnya memilih uang dan jabatan yang diiming-imingi VOC. Salah satunya adalah Lurah Tambak Oso yang akhirnya kemudian berakhir kalah melawan Sarip Tambak Oso.
Banyak cerita kesaktian Sarip Tambak Oso yang hingga kini masih diyakini sebagian masyarakat sekitar Tambak Rejo. Salah satunya adalah keberadaan Sawah Gundul. Sawah yang letaknya antara Desa Tambak Oso dengan Desa Tambak Sumur itu hingga kini tidak bisa ditanami alias gundul.
"Dari cerita yang berkembang, di titik sawah gundul itu ada Jimat (senjata) Sarip berupa besi kuning yang dikubur," lanjut Kosim.
Di tempat berbeda, Budayawan sekaligus birokrat yang menjabat Plt. Kepala Bidang Pengelolaan Informasi dan Komunikasi Publik Dinas Kominfo Sidoarjo, M. Wildan mengungkapkan, sejarah para tokoh pejuang mempunyai tempat istimewa di tengah-tengah masyarakat. Meski kemudian tokoh itu kalah dan meninggal dihukum VOC.
"Dalam perang Sabil (Fi Sabilillah) kita mengenal Pangeran Diponegoro yang membela rakyat dari penindasan VOC. Di Sidoarjo ini kita punya Sarip yang menjadi pelindung rakyat kecil," terang alumni Filsafat UGM Yogyakarta ini.
Oleh karenanya, lanjut Wildan, legenda Sarip Tambak Oso ini tidak boleh dilupakan. Sarip adalah pahlawan bagi rakyat. Ia adalah representasi manusia yang berjuang dan memikirkan nasib orang-orang tidak mampu. Bahkan dengan mengorbankan nyawanya sendiri.
"Banyak yang bisa digali dari jejak Sarip Tambak Oso, selain keberaniannya melawan tirani VOC, ada yang orang jarang mengungkap, yakni sikap dermawannya pada rakyat. Ini nanti bisa digali lagi," ungkap Wildan.
Masih menurut Wildan, makam Sarip Tambak Oso sendiri tidak ada yang tahu pasti, dari cerita yang diyakini masyarakat, jasad Sarip Tambak Oso dimakamkan secara terpisah. Hal itu dilakukan VOC karena mereka takut Sarip akan hidup lagi.
"Ada yang mengatakan makamnya di Desa Tambak Rejo, Desa Tambak Sumur dan juga sekitar Buduran. Namun tidak ada yang tahu persis keberadaan makamnya. Hanya saja masyarakat meyakini dari cerita-cerita dulu. Tapi ada juga yang mengatakan kalau Sarip dimakamkan di pemakaman umum TPU Kelurahan Lemahputro, Kecamatan Sidoarjo," pungkas Wildan.