Ledakan di Beirut, Libanon Keluarkan Perintah Penahanan Rumah
Pemerintahan Libanon mengeluarkan surat penahanan rumah untuk sejumlah petugas pelabuhan atas ledakan di Beirut, yang terjadi pada Rabu 5 Agustus 2020. Kedutaan negara asing juga bekerjasama dengan pemerintah untuk mendata warganya yang kemungkinan menjadi korban ledakan.
Seorang warga Amerika Serikat dikabarkan meninggal dalam ledakan itu, beberapa di antaranya terluka. Kedutaan Amerika Serikat pun berupaya memberikan bantuan konsuler dan bekerjasama dengan pemerintah Libanon untuk mencari warganya yang terimbas ledakan.
Presiden Prancis Emanuel Macron juga dikabarkan akan tiba di Beirut pada Kamis, 6 Agustus 2020. Sebelumnya, Prancis resah atas suplai makanan di Beirut lantaran ledakan juga menghanguska gudang suplai benih makanan milik Libanon.
Meski penyebab ledakan belum jelas, namun pemerintah mengaitkan ledakan dengan amonium nitrat sebanyak 2,750 ton yang disimpan di salah satu gudang di pelabuhan, selama enam tahun tahun terakhir.
Ledakan tersebut menyebabkan guncangan di sebagian besar ibu kota Libanon, Beirut, menewaskan sedikitnya 135 orang, dan melukai sekitar 5 ribu orang.
Petugas menduga angka korban meninggal akan terus meningkat mengikuti upaya membongkar reruntuhan untuk mencari warga yang masih hilang.
lebih dari 300 ribu orang kehilangan tempat tinggalnya. Gubernur Beirut, Marwan Abboud mengatakan kerugian atas ledakan itu mencapai USD10 miliar hingga USD15 miliar, atau sekitar Rp145 triliun Rupiah. Libanon pun mengumumkan status darurat di Beirut selama dua minggu, dengan menurunkan anggota militer untuk mengamankan wilayah. (Alj)