Lebih Rela Makan Kerikil
Kecerdasan otak Haji Agus Salim yang luar biasa diakui oleh gurunya yang juga oleh sarjana-sarjana Belanda. Bahkan menurut ramalan-ramalan gurunya, kelak kemudian hari Agus Salim menjadi orang penting bagi bangsanya Indonesia. Selain amat cerdas, Haji Agus Salim juga dikenal amat lucu, atau witty dalam istilah Bung Karno.
Perpaduan kecerdasan dan kelucuan Haji Agus Salim memunculkan banyak cerita tentang kemampuannya membalikkan serangan pihak-pihak yang ingin menjatuhkannya. Serangan balik itu dilancarkan oleh pria kelahiran Kota Gadang, Sumatera Barat itu dengan cara yang ringan tetapi tajam. Secara tak terasa, lawan yang ingin menjatuhkannya seperti tertusuk. Inilah anekdot-anekdot Haji Agus Salim yang bikin lawan merah padam mukanya, khusus disajikan untuk ngopibareng.id.
Sampai tahun 1920, Haji Agus Salim selalu berpindah-pindah pekerjaan. Seperti dari Indonesische Drukkerij (1915-1917) kemudian menjadi Hoofd-redacteur untuk bahasa Melayu pada Komisi Bacaan Rakyat yang berganti nama menjadi Balai Pustaka. Selanjutnya pindah lagi ke Bataviasche Nieuwsblad, suatu kantor persuratkabaran dan lain-lain.
Meskipun hingga pada 1934 beliau masih mau bekerja untuk Balai Pustaka (karya terjemahan terakhir adalah, "Tjerita Mowgli Anak Didikan Rimba" oleh Rudyard Kliping), tetapi tidak pernah menetap lama-lama dalam suatu tempat pekerjaan.
Karena kecerdasannya, suatu ketika Haji Agus Salim mendapat tawaran kerja dari pemerintah untuk menjadi pejabat inspektur pajak di Banjarmasin. Sebenarnya tawaran itu menggiurkan untuk mengangkat ekonomi keluarga Haji Agus Salim.
Tetapi, Haji Agus Salim tak mau intelektualitasnya digadaikan untuk melawan bangsanya sendiri. Tawaran itupun ditolaknya. Mau tahu kalimat penolakannya? "Biar makan kerikil, daripada saya menerima tawaran Belanda," kata Haji Agus Salim. Sosok yang menawari menjadi tertohok.
Demikian anekdot Haji Agus Salim ini, dipetik dari buku Seratus Tahun Haji Agus Salim dan buku Tokoh-tokoh Pemikir Paham Kebangsaan. (bersambung)