'Lebih Kafir dari Orang Kafir', Itu Penceramah Benih Terorisme
Ulama dan para juru dakwah di bumi Nusantara dalam sejarahnya selalu mengedepankan akhlak dan budi mulia dalam berdakwah. Sebagaimana dilakukan para Walisongo, telah berhasil menjadikan wilayah di Nusantara ini Islam menjadi mayoritas. Tersebar luas di Indonesia.
Sayangnya, keharmonisan berdakwah sehingga tidak menimbulkan ketegangan di masyarakat, kini dirusak para penceramah yang suka mengklaim dirinya paling benar. Mereka suka meng-kafir-kafirkan orang lain, bahkan terhadap saudaranya sendiri sesama Muslim.
Dua ormas besar Islam di Indonesia, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, menjadi representasi Islam moderat di Indonesia. NU menggaungkan "Islam Nusantara", sedang Muhammadiyah mengangkat "Islam Nusantara" pada muktamar ormas Islam 2015.
Hingga kini, masih ada saja yang mengira "Islam Nusantara" itu agama baru. Benarkah demikian?
Dr Ainur Rofiq Al-Amin, Dosen Pasca-Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, merespon isu yang lama dan diembuskan hingga kini tersebut. Berikut lengkapnya:
Kemarin grub medsos ada yang kirim video seorang tukang ceramah yang bernama Haidar bin Sef. Saya baru tahu video itu, dan setelah saya cari di yotube, ternyata diunggah tahun 2018. Tema yang dia kaji masalah Islam Nusantara. Ada statemen dia yang membahayakan dan membuat gregeten bila generasi muda NU membacanya...
1. Hal yang perlu disikapi adalah si tukang ceramah ini dengan mulut enteng tanpa beban, seakan punya argumen kuat (padahal lemah, selemah sarang laba-laba, bahkan lebih lemah lagi) menstempel Islam Nusantra lebih kafir dari orang kafir (aneh juga, masak Islam Nusantara yang bukan orang disamakan dengan orang kafir).
2. Dia melanjutkan ucapannya, pembuat, penganut, yang membenarkan dan yang memproklamirkan Islam Nusantara lebih kafir dari orang kafir. Sungguh mulut tak terkontrol dan kebacut.
3. Lalu dia membantah Islam Nusantara dengan mengeluarkan dalil surat An Nisa 150-151 yang katanya dengan dalil itu tidak akan ada lagi pertanyaan tentang kekafiran Islam Nusantara karena dalil yang dia gunakan tegas, padat, masuk akal dan syar'i . Padahal konstruksi yang dia gunakan acakadut.
4. Ternyata ayat yang dia sebut untuk mengkafirkan Islam Nusantara sangat tidak nyambung. Mau lihat di tafsir lawas sampai anyar pasti tidak ketemu pengkaitan Islam Nusantara dengan ayat di atas. Saya cek di tafsir Ibn Kathir ayat di atas fokusnya kepada kaum Yahudi dan Nashoro dalam menyikapi para Nabi. Tidak hanya tafsir Ibn Kathir, tafsir Thabarsi milik orang Syiah (yang dia sebut sebagai agama baru sama dengan Islam Nusantara yang juga disebut demikian), juga mengungkap hal yang mirip seperti yang disampaikan Ibn Kathir.
5. Saya juga berdiskusi dengan beberapa dosen tafsir yang juga penulis terkait dengan sisik Melik Al-Quran, sekaligus pengasuh pesantren. Saat saya tunjukkan video itu ada yang berkomentar, "Itulah ciri kaum takfiri kyai, ‘nempel-nempeli’ ayat pada masalah kekinian yang dia tidak pahami, sehingga salah terap dalam tafsir ayat ..." Ada kiai yang dosen bertutur, "Tiga hal yang disebut itu nampaknya tidak tercakup dalam ayat tersebut."
6. Sungguh tukang ceramah seperti ini lebih bahaya dari orang kafir karena gampang mengkafirkan liyan yang berbeda pemahaman. Para kiai NU tidak ada yang obral atau mudah mengkafirkan. Saya tidak menemui kiai NU saat ini yang mengkafirkan liyan yang beda paham.
7. Sungguh tukang ceramah ini ceroboh mulutnya karena mudah mengkafirkan. Padahal orang Hizbut Tahrir dan orang FPI yang juga menentang Islam nusantara seingat saya tidak mengkafirkan para pengapresiasi gagasan Islam Nusantara.
8. Bayangkan, tukang ceramah dan kelompoknya yang masih minoritas di negeri yang mayoritas muslimnya adalah warga NU, tapi dia dengan lancang tanpa tedeng aling-aling kemendel, kemlelet, dan tentu kurang ajar. Memang kelompok seperti itu kalau diberi angin akan gampang lupa diri dan jumawa.
9. Si tukang ceramah ini kalau diajak debat tentang Islam Nusantara pasti keok. Apalagi dalilnya amburadul. Saya tunjukkan secara garis besar saja Islam Nusantara itu bisa dimaknai pertama, model berislamnya muslim di Nusantara sejak dulu kala. Atau kedua, konstruksi Islam atau al fikrul Al islami yang dikembangkan para wali, ulama, dan kiai di Nusantara. Karena memang amalan agama yang kita peluk adalah konstruksi atau hasil pemahaman atau hasil ijtihad atas Alquran dan hadis. Maka nonsense dan sombong bila ada yang deklarasi "Apa yang saya amalkan adalah Al Qur'an dan hadis itu sendiri bukan hasil ijtihad."
10. Tukang ceramah ini masuk dalama katagori berpaham radikal karena mudah mengkafirkan. Ajarannya yang radikal potensial menginspirasi orang menjadi teroris.
Demikian semoga bermanfaat.
*) Sumber: akun facebook Ainur Rofiq Al-Amin, Senin 7 Desember 2020.