Lebih Dekat dengan Mantan Pendeta Agustinus Christover Kainama
Pendeta Agustinus Christovel Kainama, masuk Islam tahun 2009, bersamaan dengan bulan suci Ramadhan. Keputusannya menjadi muslim, bukan karena mendengarkan lantunan dan mempelajari Al-Quran, melainkan karena ia memperdalam Injil sebagai kecintaannya kepada Yesus.
Nyong Ambon ini pernah belajar Al-kitab di Sekolah Tinggi Theologi di menteng jakarta pusat, TNKH (tanakh, torah nevi'im ketubh'vim) biblical study di Haifa Palestina, Leiden Universitaat negeri Belanda (Theology Liturgy), dan kembali lagi ke TNKH (tanakh, torah nevi'im ketubh'vim) biblical study di Haifa, Palestina.
Semuanya atas biaya Gereja Zebaot, Bogor, gereja di mana ia bertugas menjadi pendeta sejak tahun 2005 sampai menjadi orang sukses.
Apa yang membuat ia berubah? Rupanya setelah ia mempelajari Injil. Dari situ ia memahami Nabi Isa ternyata juga menjalankan puasa, shalat, disunat, wudhu, tahajud dan bersedekah. “Semua itu dilakukan pula oleh umat Islam,” ujarnya. Saat sudah begitu dalam mengkaji Injil, ia malah memutuskan menjadi muslim karena apa yang dilakukan oleh Yesus.
Baginya itu adalah keputusan yang tepat. Apalagi sejak tahun 2000 pondasi keimanannya sebenarnya mulai runtuh lantaran ia memahami surat Yohanes 21 ayat 15 yang menjelaskan "sesudah sarapan, Yesus berkata kepada Petrus. Petrus apakah engkau mengasihi aku".
Pertanyaannya, apabila Yesus adalah Tuhan seharusnya Dia tidak makan, karena ia bukan manusia. Tapi dalam ayat tadi disebutkan Yesus makan. Akhirnya Kainama mengambil kesimpulan bahwa Yesus bukan Tuhan.
Tahun 2000 sampai 2010 ialah masa tersulit bagi Kainama. Ia mengalami tekanan batin karena harus menceritakan kebohongan kepada orang-orang ketika masih menjadi sorang pendeta.
Namun sejak keimanan goyah pada tahun 2000, ia belum berani menyatakan masuk agama Islam. Ia merasa nyalinya masih kecil, ia tidak tahu harus berbuat apa karena selama ini kehidupannya dibiayai oleh Gereja.
Tapi penolakan batinnya begitu kuat. "Pernah pada suatu kali, ketika saya ada perjalanan pekabaran Injil di Orchad, Singapura. Saat saya mau khotbah, tiba-tiba saya ketakutan, berkeringat dan gemetar dan kemudian saya memegang pinggir mimbar, sampai-sampai orang-orang yang menyaksikan mengatakan saya disentuh Roh Kudus," kenang Kainama. Padahal, sama sekali bukan. Ia ketakutan lantaran tak sanggup lagi melakukan kebohongan, sesuatu yang bertentangan dengan batinnya.
Atas petunjuk Allah, akhirnya keputusannya untuk memeluk Islam kian bulat. Ia mendatangi Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng Jakarta Pusat, untuk membaca Syahadat dan menjadi mualaf.
Dalam buku hariannya tertulis dia masuk Islam dan pertama kali membaca kalimat Syahadat pada tanggal 26 Agustus 2009, bertepatan dengan bulan suci Ramadhan, bertempat di Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng Jakarta Pusat.
Setelah menjadi muslim, kehidupannya berubah. Ia merasa keyakinannya diuji karena tidak ada satu orang pun keluarganya yang menerima ia menjadi sorang muslim. Ia hidup sendiri, lontang lantung tanpa pekerjaan, tanpa uang, dan tanpa fasilitas yang selama ini ia miliki seperti mobil, dan baju-baju.
Sampai ia harus tinggal menumpang di Sekolah Legenda Wisata (Global Mandiri), Cibubur, dan ia tidur di studio musik. Namun ia tetap pada pendiriannya. Kemampuannya bermusik pun akhirnya malah membuat ia diterima menjadi pengajar di studio musik sekolah tersebut.
Meski keluarga semuanya memusuhi, dan fasilitas yang ia miliki hilang, tapi ia merasa bersyukur karena Allah telah memberikan hidayah dan kedamaian batin kepadanya. Ia beryukur telah terlahir kembali menjadi seorang muslim dan meyakini telah berada di jalan yang benar.
Berjalan dari titik nol, setelah menjadi seorang mualaf, tidak membuat Kainama menderita. Karena ada kekayaan lain yang luar biasa besarnya, yakni dua kalimat Syahadat, pembuka jalan menuju kebenaran.
Bulan Ramadan nanti, Kainama genap sembilan tahun menjadi seorang muslim. Cukup banyak yang telah diperbuat. Menjadi pembina Mualaf Masjid Agung Sunda Kelapa bersama. Kalau dulu dibimbing ketika membaca kalimat Syahadat, sekarang berbalik Kainama yang membimbing para mualaf membaca kalimat Syahadat.
Pernah suatu ketika Kaimana menuntun seorang muaalaf membaca kalimat Syahadat dengan menangis sesenggukan.
Dia bercerita seorang mualaf yang dibimbing membaca kalimat syahadad tadi, bekas jemaatnya. Putra seorang yang cukup terpandang di Ambon.
Kebahagiaan Kainama kini mulai bersemi berkat dukungan istri dan putranya semata wayang. Dan keluarga yang dulunya memusuhi, kini mulai membuka pintunya, meskipun tetap pada rambu-rambu "Lakum dinikum waliadin," agamamu agamamu, agamaku agamaku.
Pada musim haji tahun lalu, Agustinus Christover Kainama mendapat undangan khusus dari Raja Arab Saudi, untuk menuaikan ibadah haji.
Waktunya pun semakin padat untuk berdakwah untuk kalangan remaja maupun dewasa di beberapa daerah. Pekan lalu berceramah di kota Ambon, atas undangan Gubernur Assegaf.
Minggu 25 Maret 2018, pkl 09.00- di DBL Arena Jl Ahmad Yani Surabaya , Kainama bersama Muhammad Zaenal Mazdi, Gubernur NTB, akan menjadi nara sumber dalam kajian aktual Alfalah "Membangun keluarga Pejuang."
Esuknya Senin 26 Maret pagi. Kainama akan berceramah di depan 1.600 siswa MAN I Jombang. Kesempatan ini akan dimanfaatkan untuk berzirah ke Makam Gus Dur dan KH Hasyim Asy'ari di kompleks Ponpes Tebu Ireng Jombang.
" Allahu Akbar, segala puji bagimu Ya Allah," kata ustad Akhmad Kainama nengakhiri wawancara yang berlangsung Rumah Sehat Masjid Agung Sunda Kelapa. Tempat para mualaf yang kini bejumlah sekitar 19.000 orang meperdalam agama Islam. (anggie ps.)
Advertisement