Lebih Berwarna Menyusur Jalan Hindari Macet saat Liburan
Liburan membuat jalanan macet itu biasa. Hukum alam. Tapi bagaimana menghindari kemacetan dengan mencari jalan alternatif, bisa menjadi keasyikan sendiri.
Jogjakarta dan Malang sudah sejak lama menjadi langganan macet di musim liburan. Dua kota ini memang berkembang menjadi tujuan wisata. Yang tak pernah membosankan.
Malang karena wahana wisata buatan di Batu terus berkembang. Setiap saat ada yang baru. Jatim Park sudah sampai hitungan lebih dari empat. Demikian juga tujuan wisata lain di sekitarnya.
Tapi jalan menuju ke sana tak pernah bertambah secara signifikan. Jalan tol yang belum lama selesai hanya membantu sampai ke kota Malang. Masuk ke dalam kota dan menuju ke Batu tak ada tambahan.
Jogja sudah sejak lama menjadi langganan macet di tengah kota setiap musim liburan. Baik musim liburan sekolah maupun libur panjang hari raya lebaran. Seakan manusia dari berbagai kota tumpah ruah ke kota ini.
"Kalau musim liburan lebih baik di rumah saja. Kalau pun keluar rumah jaru melipir di pinggiran. Biar nggak kena macet yang nyebahi," kata seniman serba bisa Butet Kertarejasa suatu ketika.
Jogjakarta sebagai kota budaya dan pelajar memang terus menjadi magnet yang tak pernah membosankan. Banyak orang dari berbagai daerah mempunyai alasan mendatangi kota ini.
Sekedar liburan, nyambangi anaknya yang sekolah, atau menjadi tujuan bisnis. Banyak tujuan kuliner yang unik dan memanjakan lidah. Komunitas kreatifnya terus berkembang.
Setiap musim liburan rombongan bus berdatangan. Apalagi makin banyak wisata alam yang diciptakan dengan memanfaatkan eksotisme alam. Pantai selatan maupun pegunungan di sekitar Jogja.
Jalan tol Trans Jawa makin mempercepat menuju kota itu. Tapi memperlambat arus setelah keluar dari pintu tol. "Kemarin kami dari Sukoharjo (gerbang tol) ke Jogja 4 jam. Kalau nggak macet paling lama 2 jam," kata Dr Budi Irawanto.
Lalu bagaimana kiat menghindari jalur macet di musim liburan? Ini yang saya lakukan setiap saat menuju Jogja dan Malang. Namun hanya ke Jogja yang masih mempunyai banyak jalan. Di Malang dan Batu terbatas pilihan.
Setiap musim liburan selalu mengeksplorasi jalan baru hindari kemacetan. Liburan akhir tahun ini, misalnya. Selain mengatur waktu perjalanan, menyusur jalan baru menciptakan keasyikan sendiri.
Biasanya, memilih waktu perjalanan malam hari menjadi jalan jitu menghindari kemacetan. ''Kalau mau ke Batu di hari libur, saya sarankan berangkat pagi-pagi hari. Pasti tidak macet. Lancar,'' kata Ali Muhammad, salah satu owner Jatim Park Group.
Demikian pulangnya. Hindari balik dari Batu atau Malang di jam orang pulang liburan. Memang ini beresiko. Kehilangan jam-jam utama untuk bisa menikmati liburan. Namun, ini lebih baik ketimbang gabut dan merasa bosan di jalanan.
Lantas bagaimana kalau perjalanan panjang? Tahun ini, saya mencoba jalur lain dari Jogja ke Surabaya. Tidak melewati jalur tradisional Jogja-Klaten-Kartosuro. Tapi Jogja lewat Boyolali. Lalu masu gerbang tol Mojosongo. Gerbang Tol sebelum Ngemplak Sukoharjo dari arah Semarang.
Memang bukan jalan besar seperti jalur konvensional. Namun, bisa menjadi alternatif untuk menghindari kemacetan dan rasa bosan. Jalan baru selalu lebih berwarna. Seperti lagu Yotari yang menjadi salah satu lagu terpopuler di 2019.
Seperti diketahui, titik kemacetan di Jogja adalah jalan-jalan utama menuju ke luar kota. Mulai tengah kota sampai Bandara Adi Sucipto. Lalu di Prambanan dan masuk Klaten. Lantas Delanggu dan Kartosuro sampai dengan pintu Tol Ngemplak.
Dengan bantuan aplikasi, saya mencoba jalur lain menghindari jalur tersebut. Hasilnya, ada selisih setengah jam untuk mencapai gerbang tol Trans Jawa yang sama. Jalur konvensional di sore hari tanggal 1 Januari 2020 memerlukan waktu tempuh 2,30 jam. Sementara lewat Boyolali hanya butuh 1,40 jam.
Lebih singkat kan.
Melalu jalan di lereng Merapi. Jalan mulus didapat antara Jogja sampai wilayah Klaten utara. Beberapa ruas jalanan rusak, namun masih bisa dilalui dengan nyaman. Jalanan relatif sepi. Hanya beberapa mobil kecil berplat luar kota Jogja yang lewat.
Jalanan lebih berwarna. Melewati sejumlah kampung yang masih asri. Juga hutan dan perkebunan rakyat yang hijau. Di beberapa ruas kota kecamatan sudah banyak pertokoan dan tempat makan. Jadi tidak akan takut kelaparan.
Jika melewati jalur alternatif ini, sebaiknya persiapkan dengan mengisi bensin sebelumnya. Sebab, sepanjang jalan setelah keluar Jogja sudah tidak ada lagi stasiun pengisian bahan bakar. Perjalanan siang atau sore lebih baik karena bisa menimkati suasana alam pedesaan.
Perjalanan liburan dengan kendaaraan pribadi memang mengasyikkan jika mengeksplore jalan baru. Saya pernah kesasar dengan keluarga menyusuri Bukit Manoreh yang angker itu. Asyik tapi tak ingin mengulangi.
Jalur Jogja-Boyolali tak seangker melewati Bukit Menoreh yang ada di barat kota Jogjakarta. Jalur itu masih banyak yang blank spot untuk telpon seluler. Karena memang pegunungan, hutan dan perkebunan.
Jadi petualangan mencari jalan pintas menghindari kemacetan di musim liburan membuat liburan lebih berwarna. Apalagi kini banyak alat bantu aplikasi peta jalan yang bisa digunakan.
Selamat mencoba.!
Advertisement