Lebaran, Produksi Madumongso Kediri Tembus 2,5 Ton
Madumongso selalu identik dengan jajanan tradisional hidangan lebaran. Bagi masyarakat Kediri, kue tradisional yang satu ini sudah tidak asing lagi. Di desa Jatirejo, Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri, terdapat produsen jajanan tradisional madumongso.
Apabila saat bulan puasa atau lebaran tiba selalu ramai pesanan, bahkan produksinya kini mencapai 2,5 ton. Binti Sholihah, 52 tahun, selaku pemilik usaha mengaku permintaan tahun ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu. "Ya tahun ini kami tingkatkan sedikit. Kalau tahun kemarin kami produksi sekitar 2 ton, tapi kalau tahun ini insyaallah kami tambah jadi 2,5 ton," terangnya.
Dia mengatakan, skala jumlah produksi jajanan tradisional madumongso ini, lebih ramai di bulan Ramadan hingga lebaran. Rintisan usaha pembuatan jajanan madumongso baru dilakoni Binti Sholiha sekitar 3 tahun lalu, tepatnya sejak 2019.
Proses pembuatannya menggunakan resep turun temurun warisan orang tua. Pada saat proses pembuatan madumongso, Binti mempekerjakan sebanyak 20 pekerja yang sebagian besar berstatus ibu rumah tangga.
Mereka memiliki tugas masing-masing, yaitu di bagian pemasaran dan packing. Kemudian tenaga jasa kuli dua pekerja. Untuk pembuatan madumongso sebanyak 2,5 ton diperlukan bahan baku kurang lebih 500 kilogram. "Bahan-bahan mudah dicari dan sudah mempunyai langganan. Sebelum Ramadan ini sudah dipersiapkan, agar tidak kesulitan," ujarnya.
Ada dua varian madumongso yang dijual, yaitu ketan putih Rp 65 ribu dan hitam Rp70 ribu per kilogram. "Dan yang warna-warna 85 ribu per kilogram," jelasnya.
Karena rasanya yang khas dan lezat, membuat madumongso buatan Binti Sholihah banyak dicari dan digandrungi oleh konsumen. Pembelinya tidak hanya dari sekitar Kediri, melainkan juga di luar kota seperti Surabaya dan Jakarta. Bahkan tembus hingga mancanegara. "Pernah juga sampai ke luar negeri, yang sudah-sudah seperti Hong Kong dan Saudi Arabia," pungkasnya.