Lebaran Korban Gempa Malang, Open House Beratap Terpal
Di bawah terpal biru berukuran sekitar 5x3 meter persegi, Sukiana, usia 73 tahun, duduk di kursi sambil menunggu kerabat terdekat untuk bersilaturahmi dalam rangka Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriyah, ke rumahnya di Desa Majang Tengah, Dampit, Kabupaten Malang
Rumah darurat dari terpal dengan penyangga kayu tersebut dibangun swadaya oleh Sukiana dibantu warga setempat. Perempuan lanjut usia itu merupakan salah satu korban terdampak gempa dengan kategori rumah rusak berat.
Bangunan semipermanen 5x3 meter persegi tersebut sudah berisi ruang tamu, dapur dan satu kamar tidur. Menjelang siang para tetangga terdekat bersilaturami ke rumah Sukiana.
Jabat tangan dan pelukan mempercepat datangnya haru. Merayakan Hari Raya Idul Fitri dengan kondisi rumah rata dengan tanah tak menghalangi warga Desa Majang Tengah, Dampit, Kabupaten Malang untuk tetap bersilaturahmi.
“Biasanya kalau Idul Fitri gini ramai. Tapi sejak gempa ya sepi. Anak saya di Kota Batu dan Surabaya belum mudik. Biasanya pagi-pagi itu ramai kumpul di ruang tamu,” ujarnya pada Kamis 13 Mei 2021.
Sukiana memiliki empat anak dan 12 cucu. Sehari-hari ia tinggal bersama dengan dua anaknya. Sedangkan dua lainnya berada di luar kota. Rumah Sukiana yang hancur oleh gempa berukuran 8x17 meter. Tentu dengan rumah darurat, kediaman Sukiana tak bisa menampung keluarga dari dua anaknya di luar kota.
“Sampai sekarang saya belum tahu kapan akan dibangunkan kembali rumah. Tapi dari pemerintah setempat saya sudah di data. Masuk kategori rumah rusak berat,” katanya.
Selain Sukiana korban terdampak gempa yang menjalani Hari Raya Idul Fitri dengan kondisi rumah hancur, yaitu Sugeng Priyanto, usia 50 tahun. Rumah Sugeng yang berukuran 6x11 meter hancur oleh gempa beberapa bulan yang lalu.
Oleh Tim SAR setempat kini Sugeng dibangunkan rumah sementara yang berukuran sekitar 4x6 meter, terdiri dari terpal dan kayu sebagai penyangga.
“Ini adalah percontohan rumah sementara. Setelah ini dibangun di sini, nanti juga akan dibangunkan untuk warga lainnya,” ujarnya.
Sehari-hari Sugeng tinggal bersama dengan enam orang terdiri dari istri, anak, orangtua, saudaranya dan dua keponakannya. Rumah tersebut terdiri dari ruang tamu dan tidur menjadi satu ruangan dan satu ruangan lagi merupakan dapur.
“Karena semua keluarga ada di sini jadi tidak ada yang mudik. Cuman saya ada saudara di Surabaya, itu gak mudik karena kan gak boleh,” katanya.
Sugeng sendiri masih belum tahu kapan rumahnya akan dibangun kembali. Rumah miliknya masuk dalam kategori bangunan rusak berat akibat gempa bumi.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sudah mendata bahwa ada sebanyak 1.716 rumah yang mengalami rusak berat di Kabupaten Malang.
Pembangunan rumah tahan gempa dari BNPB masih menunggu proses lelang dari beberapa vendor yang siap membangun. Ada lima kategori rumah tahan gempa yang akan ditawarkan yaitu Rumah Instan Sederhana Sehat (Risha), Rumah Instan Kayu (Rika), Rumah Instan Sederhana Baja (Risba), Rumah Instan Sederhana Aman (Risma) dan Rumah Domus.
Advertisement