Lebaran Ketupat, Pedagang Janur Musiman Alami Kenaikan Pembeli
Hari lebaran biasnya identik dengan ketupat. Bagi sebagian orang, sajian ini menjadi hidangan wajib di hari besar umat islam ini. Terlebih lagi ketika menginjak satu minggu pasca lebaran atau yang biasa disebut hari raya ketupat (Riyoyo Kupat), hidangan ini akan banyak ditemui di rumah-rumah.
Kerangka ketupat terbuat dari daun kelapa muda atau yang biasa disebut jamur. Meskipun sudah menjadi tradisi, namun tak semua orang memiliki keterampilan untuk membuat kerangka ketupat. Hal ini dimanfaatkan oleh beberapa orang untuk membuat kemudian menjualnya.
Mereka menjual dengan harga yang beragam. Misalnya saja Utik (52) yang membandrol Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu rupiah untuk satu ikat ketupat yang berisi sepuluh buah.
Untuk tahun ini, Utik mengaku penjualan ramai meski tak seramai tahun lalu. Ia menggungkapkan sejak berjualan pada hari Jum'at 7 Mei 2019 hanya mampu menjual kerangka ketupat sebanyak 50 ikat setiap harinya.
"Setiap harinya ndak tentu, tapi rata-rata 50 ikat per hari, lumayan meskipun memang lebih ramai tahun lalu," ujar Utik yang sehari-hari berjualan di Pasar Manyar Surabaya ini.
Berbeda dengan Utik, Rahman pedagang kerangka ketupat di pasar Wonokromo Surabaya sudah mengalami lonjakan pembeli sebelum hari raya Idulfitri untuk kebutuhan di hari H.
"Sudah ramai sebelum lebaran kalau kerangka ketupat, tapi untuk hari raya ketupat seperti sekarang juga masih ramai," ungkap Pria 24 tahun ini.
Ia mengaku sejak lebaran sudah menjual sekitar 250 ikat kerangka ketupat setiap harinya. Dan mengantongi keuntungan 2 kali lipat dari biasanya. "Setiap hari sekitar 250 ikat, harganya 10 ribu 1 ikat berisi 10 ketupat," terangnya Rahman saat ditemui di pasar Wonokromo Surabaya.
Rahman memprediksi kerangka ketupat ini masih akan laku hingga sabtu atau minggu mendatang. "Masih jualan sampai sabtu atau minggu karena masih lumayan ramai," pungkasnya. (pts)