Lebaran Ketupat di Lamongan Marak, Pedagang Janur Panen Rezeki
Nuansa Lebaran ketupat kembali terasa marak di Lamongan. Setelah sempat dua tahun senyap karena pandemi Covid-19, kini mulai bergairah kembali.
Setidaknya, di sejumlah pasar di Lamongan mulai diserbu banyak pedagang janur. Kebanyakan, mereka datang dari Lumajang, Blitar dan Mojokerto. Mereka ada yang sekadar memasok, ada juga yang menjualnya sendiri dengan membebernya di mobil bak terbuka.
Seperti terlihat di Pasar Rakyat (pasar malam) Yang berlokasi di Kelurahan Sukomulyo, Kecamatan Lamongan, pembeli pun antusias untuk mendapatkannya.
"Dua tahun kita tidak semudah ini mendapatkan janur. Padahal Lebaran Ketupat sudah menjadi tradisi masyarakat Lamongan. Alhamdulillah setelah bebas pandemi, penjual janur banyak lagi," tutur Sari, pembeli asal Desa Made.
Terkait harga, terbilang tidak terlalu berubah di banding sebelumnya. Berkisar antara Rp25-150 ribu, tergantung jumlah lembaran dan jenis janurnya.
"Kalau ada pembeli untuk dijual lagi, tentu beda lagi harganya. Sama-sama cari untung lah mas," ujar seorang penjual kepada Ngooibareng.id, Jumat 6 Mei 2002 petang.
Tidak hanya lembaran janur, sejumlah pedagang juga terlihat menjual ketupat jadi (rajutan). Tetapi, umumnya hanya dijual pedagang lokal. Harganya pun beda. Lebih mahal sedikit. Seikat isi 10 biji seharga Rp10 ribu. Biasanya, peminat ketupat jadi kebanyakan orang kota.
Diketahui, tradisi memasak ketupat sudah menjadi kebiasaan turun temurun. Masakan ketupat yang dilengkapi sayur lodeh, lontong dan lepet dari beras ketan yang juga dibungkus janur itu dibagikan ke tetangga dan sanak saudara.
Karena saling kirim, tentu setiap rumah di hari Lebaran ketupat akan menumpuk jenis masakan tersebut.
Advertisement