Lebaran di Rumah Saja
Ini pertama kali berlebaran tanpa meninggalkan Surabaya. Setelah hampir 25 tahun tinggal kota pahlawan ini.
Nikmat. Ya. Karena tidak perlu ribet mempersiapkan perjalanan panjang untuk mudik. Tidak perlu keluar biaya banyak.
Apalagi ekologi perkembangan teknologi sudah memadai. Kita bisa bersua tanpa bersalaman. Kita bisa bertemu tanpa bertandang.
Banyak aplikasi bisa digunakan. Untuk pertemuan jarak jauh. Untuk bersilaturahmi langsung tanpa harus secara fisik berdekatan.
Ini lebaran paling menyenangkan bagi mereka yang easy going. Yang woles dengan situasi apa saja. Yang tak pernah melihat sesuatu dalam ruang gelap. Yang melihat kesulitan dalam kemudahan.
Ah...lebarannya tak sempurna. Siapa bilang? Kita masih bisa salat Ied berjamaah. Meski hanya bersama keluarga.
Malah bisa membagi peran antar orang dekat. Yang punya anak besar bisa memintanya untuk menjadi bilal --tukang adzan atau memimpin takbir jelang salat.
Bisa menjadi momentum unjuk diri bagi seorang ayah menjadi khatib dan imam. Terpaksa belajar yang belum bisa. Tidak kedandaban di pagi hari untuk ke masjid atau lapangan.
Lebaran di rumah saja. Ini yang terjadi di banyak keluarga sekarang. "Kalau imam taraweh di keluarga sudah bisa. Tapi imam dan khatib salat Ied harus belajar lagi," kata Wakil Walikota Surabaya Wisnu Sakti Buana.
Pasti banyak kepala keluarga yang seperti Wisnu. Mereka yang setiap tahun hanya menjadi makmum, kini terpaksa menjadi imam.
Jika pagebluk Covid-19 dianggap menjadi kesulitan manusia, ternyata banyak hikmah bisa dipetik darinya. Bisa membuat seorang bapak menjadi imam keluarga sebenar-benarnya.
Ini sesuai dengan janji Tuhan. "Sungguh bersama kesulitan selalu ada kemudahan," kata firman-Nya. Bersama pagebluk Corona banyak keluarga bisa bersama-sama.
Lantas bagaimana tetap menjalin silturahmi dengan keluarga besar lainnya? Bisa dengan menggelar open house virtual. Unjung-unjung jarak jauh.
Saat ini, kita bisa sungkeman tanpa harus bersalaman. Dengan berbagai aplikasi yang ada. Bisa tatap muka tanpa harus bersua.
Inilah lebaran pagebluk yang memberi ruang lompatan peradaban. Dari masyarakat agraris dan industri menjadi masyarakat informasi dalam kemajuan informasi teknologi.
Pagebluk memaksa bangsa ini menuju era 4.0 yang sebenarnya. Yang menjadikan IT segalanya. The internet of things. Dalam belajar, bekerja, dan menjalankan ajaran agama.
Saya dan keluarga bisa sungkem kepada ibu di Purwokerto tanpa harus capek di jalan selama 10 jam. Saya bisa menerima sungkeman adik dan keponakan dari desa tanpa mereka ke Surabaya. Dengan tatap muka.
Tentu kita tidak ingin pagebluk Covid ini berlangsung selamanya. Kita ingin pagebluk ini segera sirna. Sehingga kita bisa kembali hidup dengan normal.
Tapi sementara kita bisa menikmati situasi dengan ringan, rasanya ini yang bisa kita lakukan. Menyikapi kesulitan dengan menikmati kemudahan lainnya.
Lalu apa? Kita lalui yang terjadi saat ini dengan penuh semangat. Tanpa harus merasa tertekan. Dalam suasana lebaran.
Nang Krian Numpak Brompit
Mampir Pasar Blonjoe Tempe
Lebaran Saiki Pagebluk Covid
Ayo Riyoyoan Nang Omah ae
Selamat Idul Fitri 1441 Hijriyah
Maafkan Kami Lahir dan Batin.
Advertisement