Lebaran Daring Kagama Jatim, Prihatinkan Dampak Ekonomi Pandemi
Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) Jawa Timur menggelar Lebaran Daring. Selain saling memaafkan melalui tatap layar, alumni universitas terbesar di Indonesia ini sempat rasan-rasan memprihatinkan dampak pandemi Covid-19.
Lho kok bisa? Begitulah kalau para mantan mahasiswa kampus universitas perjuangan itu berkumpul. Selain guyon gayeng ala Jogjakarta, mereka selalu terselip pembicaraan serius tentang situasi negerinya. Terutama menyangkut persoalan yang dihadapi rakyat terkini.
Lebaran daring yang dipandu dosen Universitas Airlangga Suko Widodo dan Sekretaris Kagama Jatim Pipin Satria GP. Diikui seluruh Cabang Kagama, mulai dari Banyuwangi sampai Madiun Raya. Juga seluruh pengurus Pengda Kagama Jatim.
Keanggotaan Kagama Jatim kini memang sangat berwarna. Dari pejabat publik, politisi, birokrat pengusaha, dan dosen. Banyak akademisi dari pergurutan tinggi ternama di Jatim adalah alumni UGM. Mereka tersebar di ITS, Unair, Universitas Brawijaya, Universitas Jember.
Ikut hadir dalam Lebaran Daring yang berlangsung tadi malam (Jumat, 14 Mei 2021) itu Dr Amin Widodo dan Dr Wahyudi dari ITS, Prof Dr Nur Hidayat dan Dr Setiyono Yudo Priasmoro dar UB, serta Dr Choliqul Hadi dan Dr Gitadi dari Unair. Juga tampak Wakil Ketua DPRD Surabaya AH Thony dan Sutanto Jember.
Ketua Kagama Jatim Arif Afandi menyampaikan, sudah dua tahun Kagama Jatim tidak bisa bertatap muka secara fisik karena Pandemi. Namun, ini tak berarti kiprah Kagama dalam berbagai kegiatan tidak ada. Para alumni sejak awal ikut serta getol membantu penanganan pandemi melalui berbagai kegiatan sosial.
Bahkan, Kagama Malang juga telah turun tangan ikut membantu penanganan gempa di Malang Selatan, beberapa waktu lalu. Mereka telah ikut memberikan bantuan kepada korban gempa yang sebagian besar mengalami kerusakan tempat tinggalnya.
Setelah membahas gempa di Malang Selatan, Dr Wahyudi yang memang ahli geologi ITS itu mengusulkan perlunya sosialisasi cara pembuatan rumah sederhana tahan gempa. "Rata-rata yang ambruk itu karena pembangunanya tidak memperhitungkan kemungkinan gempa. Padahal itu bisa didesain dengan sederhana," katanya.
Yang menarik diungkapkan Mohamad Fadil, mantan pejabat Pemkot Surabaya yang kini tinggal di Trawas. Ia mengungkapkan kesulitan para petani ketela selama pandemi ini. Menurutnya, harga ketela pada musim panen tahun ini jatuh. Dari Rp1500 menjadi hanya Rp200.
"Karena itu, kami bersama-sama dengan berbagai pihak yang peduli bergerak agar petani tidak kapok menanam ketela. Karena itu, ia bersama kelompoknya menggerakkan pembelian ketela dengan harga Rp1000 per kilogram," katanya.
Dari penuturan Fadil inilah kemudian berkembang diskusi tentang upaya mengatasi dampak ekonomi akibat pandemi ini. Antara lain dengan membuat terobosan untuk memperkuat UMKM yang sebetulnya menjadi soko guru perekonomian di Indonesia.
"Pemerintah tidak bisa dibiarkan sendiri mengatasi pandemi ini. Karena itu, menjadi kewajiban moral kami untuk ikut ambil bagian dengan mengerahkan berbagai sumberdaya alumni dari berbagai bidang. Kagama harus betul-betul migunani untuk bangsa Indonesia," kata Suko Widodo.
Lebaran Daring yang berlangsung selama 3 jam itu akhirnya tidak hanya menjadi ajang kangen-kangenan, tapi juga menghasilkan banyak rekomendasi untuk dikerjakan bersama.