Lebaran Berbeda Tanggal, Ganjar: Bhinneka Tunggal Ika
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir sepakat dengan pernyataan Ganjar terkait perbedaan Idul Fitri 1444 H pada 2023. Haedar menyebut, perbedaan adalah hikmah dan rahmat bukan pemecah belah.
“Saya sudah sampaikan, Pak Ganjar juga sudah. Biasa ada dinamika, tapi saya percaya tahun ini kita makin dewasa (menyikapi perbedaan Idul Fitri),” kata Haedar usai acara pelantikan Pengurus Wilayah Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah Jawa Tengah Periode 2022-2027 di Edutorium KH Ahmad Dahlan UMS, Surakarta, Minggu, 16 April 2023.
Pria kelahiran Bandung, 28 Februari 1958 itu mengatakan, Muhammadiyah telah menetapkan Hari Raya Idul Fitri 1444 H jatuh pada 21 April 2023. Sedangkan pemerintah, belum menetapkan dan muncul kemungkinan Idul Fitri jatuh pada 22 April 2023.
“Kalau toh berbeda, toh sudah berapa puluh kali kita berbeda, nah justru jadikan perbedaan itu hikmah dan rahmat. Jangan jadikan perbedaan itu untuk memecah belah,” ujarnya.
Haedar menyebutkan, ada dua hal yang perlu dipenuhi untuk menyikapi perbedaan Idul Fitri 1444 H. Pertama adalah sikap toleran dan dewasa antarumat Islam. “Kan indah dua kali Hari Raya kan. Satu Hari Raya juga indah. Karena itu soal ijtihad nggak bisa dipaksakan,” katanya.
Yang kedua, lanjut Haedar, sikap pemerintah dalam mengayomi perbedaan tersebut. Di antaranya dengan memberikan fasilitasi bagi ummat yang merayakan Idul Fitri pada 21 April.
“Misalkan pemerintah menetapkan tanggal 22, tapi juga memberi ruang pada yang tanggal 21 untuk menggunakan fasilitas pemerintah terutama bagi mereka yang memerlukan. Insyaallah berkah kok, untuk Indonesia dan kalau ada satu-dua kejadian ya kita selesaikan tanpa perlu menjadi heboh,” tegasnya.
Senada, dikatakan Gubernur Ganjar Pranowo, terkait perbedaan Idul Fitri tersebut. Baginya, perbedaan ini harus disikapi dengan ideologi bangsa yakni Bhinneka Tunggal Ika.
“Jadi jangan hanya bicara bedanya saja tapi bagaimana mempersatukan perbedaan itu menjadi sebuah ikhtiar anak bangsa,” katanya.
Ganjar juga berpendapat adanya fakta perbedaan ini sudah diketahui lebih awal, maka masyarakat sepatutnya bisa dewasa dalam menyikapi.
“Majelis Ulama (MUI) Jawa Tengah sudah menyampaikan, Insyaallah besok Idul Fitrinya ada yang berbeda, jadi sudah tahu kan. Kalau sudah tahu, itu artinya kan sudah lapang dada,” ujarnya.
Dari situ, lanjut Ganjar, tugas pemerintah kemudian mengedukasi masyarakat dan memberikan ruang. Sebab, terbukti dengan kedewasaan dan pemahaman yang bagus, tidak ada yang tak bisa diselesaikan.
“Jadi penghormatan-penghormatan ini lah yang makin menunjukkan bahwa perbedaan itu sunatullah dan itu sangat baik untuk bangsa ini maka kenapa bangsa ini bisa menjadi besar. Yang harus dicari jangan bedanya, tapi bagaimana bersatunya,” tandasnya.
Dalam kesempatan itu, Ganjar menyampaikan selamat kepada pengurus baru PW Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah periode 2022-2027. Ketua PW Muhammadiyah kembali dijabat H. Tafsir. Sedangkan PW ‘Aisyiyah dipimpin Eny Winaryanti.