Lebaran ala Kampung Banyumasan, Ini Uniknya
Mereka bukan hanya yang beragama Islam. Tapi juga warga yang beragama lain. Mereka bergabung bersama tanpa pembeda. Rukun, guyub, bergembira bersama.
Ada yang unik dari tradisi lebaran warga kampung di wilayah Banyumasan. Jika di Jawa Timur ada unjung-unjung ke para tetangga dan saudara, di daerah yang terkenal dengan bahasa ngapak-ngapaknya ini berlansung lebih simpel dan singkat.
Usai salat Id berjamaah, warga kampung tidak langsung menuju rumahnya masing-masing. Dipimpinan tetua kampung atau Ketua RT, warga langsung berkumpul di sebuah gang untuk bersalaman dan saling memaafkan.
Ini seperti terjadi di sebuah kampung di sekitar Jalan Ragasemangsang. "Sejak saya masih kecil sudah seperti ini. Tidak pernah berubah dan tetap selalu meriah," kata Tjahyani Retno, warga setempat yang sudah puluhan tahun merantau di kota lain.
Di mulai dari tetua kampung, warga yang berjumlah ratusan itu berdiri berjajar sepanjang gang. Mereka saling bersalaman, mengucapkan selamat lebaran dan saling bermaaf-maafan. Maksimal hanya diperlukan waktu sejam untuk berlebaran. Singkat dan sederhana.
Mereka bukan hanya yang beragama Islam. Tapi juga warga yang beragama lain. Mereka bergabung bersama tanpa pembeda. Rukun, guyub, bergembira bersama.
Beberapa keluarga kampung perantau, sambil bersalaman mereka membagikan uang untuk anak-anak. Mereka umumnya para perantau di ibukota. Jenis uanh dan pecahan yang dibagi menunjukkan tingkat keberhasilannya di perantauan.
Kebanyakan warga kampung di tengah kota Purwokerto ini merantau di Jakarta dan sekitarnya. Juga banyak yang di kota besar di Jawa Tengah. Mereka umumnya menjadi pedagang atau menjadi karyawan perusahaan maupun pegawai negeri.
Yang unik lagi pada malam lebaran atau malam takbiran. Anak-anak kecil dan sejumlah warga miskinnya keliling rumah yang dianggap mampu di kawasan tersebut. "Fitrah kecil, tuan. Fitrah kecil, tuan...," kata mereka bersama-sama.
Setelah itu, tuan rumah yang didatanginya membagikan iang pecahan kepada satu per satu anak yang datang. Mereka menerima uang pemberian tuan rumah secara bergantian sambil menyalaminya.
Ini mengingatkan tradisi Halowen di Amerika Serikat. Setiap hari itu tiba, anak-anak keliling rumah para tetangga. Namanya Trick or Treat. Bedanya, di sana anak-anak menerima permen dari tuan rumah yang didatanginya.
Ya, masing-masing daerah punya tradisi unik merayakan lebaran. (azh)
Advertisement