Lawan Radikalisme, PPNS Galakkan Pramuka
Berbagai ancaman besar, sadar atau tak sadar terus datang melanda Bangsa Indonesia. Nah, untuk mengatasi masalah itu Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) menggalakkan pergerakan pemuda melalui Pramuka. Pergerakan Pramuka ini secara resmi dilantik oleh anggota DPRD Jatim, Armuji di Graha Dewaruci Kampus PPNS, Jalan Teknik Kimia, Surabaya, Sabtu 9 November 2019.
Ketua Majelis Pembimbing Gugus Depan PPNS, Ir Eko Julianto mengatakan, salah satu fokus utama permasalahan bangsa adalah ancaman radikalisme yang dapat memecah kesatuan bangsa. "Utamanya kita ingin melawan radikalisme, karena ini yang mengancam kondisi bangsa kita," kata Eko Julianto usai pelantikan.
Apalagi, kata pria yang juga Direktur PPNS itu, bahwa ancaman itu menjadi lebih besar dengan terbukanya akses informasi di era digital ini. Sebab, jika gawai digunakan dengan tidak tepat, maka akan menimbulkan masalah.
Berbeda dengan zaman dahulu yang semua komunikasi lebih banyak dengan cara bertemu langsung. Sehingga bisa menumbuhkan hubungan yang baik seperti gotong-royong di lingkungan masyarakat.
Era digital seperti sekarang, bahkan sampai berdampak pada banyaknya para pemuda yang tidak memiliki lagi jati diri lagi, sebagai bangsa Indonesia. Eko Julianto melihat, pemuda saat ini lebih terpaku untuk menggunakan gawai untuk bermain daripada berkomunikasi dengan lingkungan sekitar.
"Sekarang gotong-royong berkurang, tawuran di mana-mana. Nah, terlebih sekarang era digital terus akses keterbukaan, semua terhubung. Akhirnya ini yang berbahaya. Pemerintah berharap Indonesia emas jadi kekuatan ekonomi terkuat kelima di dunia karena bonus demografi. Lah itu kalau tidak dipersiapkan dengan benar akan jadi disaster (bencana). Itu akan terpenuhi kalau generasi muda kita siapkan. Lah kalau sekarang bersatu saja susah, gotong royong tidak ada, ya susah," katanya.
Ia menggambarkan Indonesia saat ini layaknya zaman dahulu ketika Kerajaan Sriwijaya yang begitu berkuasa bisa runtuh karena perkembangan zaman. Itu tergambar bagaimana Indonesia saat ini semakin kecil daripada dulu yang bisa menguasai wilayah hingga Jepang.
"Kalau saya lihat rasa nasionalisme dan karakter pemuda Indonesia sudah hilang. Nilai luhur bangsa Indonesia banyak ditinggalkan," katanya.
Karena itu, di bawah binaannya, ia akan kembali menanamkan semangat gotong royong yang menjadi ciri khas Indonesia. Serta, kembali menggunakan budaya asli Indonesia dalam keseharian.
Senada dengan Eko Julianto, anggota DPRD Jatim, Armuji mengatakan, Indonesia menghadapi tantangan besar di era digitalisasi. Sebab, ada banyak informasi hoaks yang beredar di masyarakat melalui media sosial.
"Ini adalah ancaman bagi negara ini, ancaman bagi bangsa ini. Hoaks ancaman serius yang harus kita tandingi dengan berita yang benar. Karena kalau tidak akan termakan hal-hal bersifat kebodohan seperti ini," kata Armuji.
Karena itu, ia berharap betul kepada anggota Pramuka untuk bisa melakukan kerja sosialnya dengan sungguh-sungguh.
"Pramuka harus bisa memberi yang terbaik kepada masyarakat, memberi penyuluhan, apa yang kiranya masyarakat mengakses (hoaks) lewat gadget (gawai). Tugas kita memberi penjelasan melalui digitalisai atau turun secara langsung ke masyarakat," pungkasnya.
Advertisement