Lawan "Politik Islam", Kurz dan Macron Imbau Front Bersama Eropa
Kanselir Austria Sebastian Kurz mendesak sesama pemimpin Eropa untuk membentuk front bersama melawan apa yang oleh sebagian pemimpin disebut “politik Islam.”
“Saya mengharapkan diakhirinya toleransi yang dipahami secara salah dan semua negara di Eropa akhirnya menyadari betapa berbahayanya ideologi politik Islam bagi kebebasan kami dan cara hidup di Eropa,” kata Kurz kepada surat kabar Jerman Die Welt, dikutip Jumat 6 November 2020. “Uni Eropa harus lebih fokus pada masalah politik Islam pada masa depan.”
Gagasan untuk membentuk front bersama Eropa melawan politik Islam, yang pertama kali dikemukakan oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron. Kini, hal itu dianut oleh para pemimpin Eropa lainnya, termasuk menteri luar negeri Italia. Ia mengatakan, Uni Eropa harus mengadopsi versi Undang-Undang Patriot Amerika, yang memberi badan keamanan memiliki kewenangan pengawasan yang lebih besar.
Dikutip Voice of America, Kurz mengatakan dia akan menempatkan masalah politik Islam dalam agenda pertemuan puncak Uni Eropa yang dijadwalkan akhir bulan ini. Dia mengatakan telah berbicara dengan Macron dan “banyak pemimpin pemerintah lainnya sehingga kami dapat berkoordinasi lebih erat di dalam UE.”
Komentar kanselir Austria itu muncul setelah terjadinya penembakan di Wina pada hari Senin di mana seorang pria bersenjata menewaskan empat orang, serangan teroris besar pertama di bumi Austria sejak 1985.
Dinas keamanan Austria kini menyelidiki apakah tersangka berusia 20 tahun, seorang warga negara ganda Austria-Makedonia Utara yang pernah terlihbat kasus teror sebelumnya itu memiliki hubungan dengan militan Islam di negara-negara lain, termasuk Swiss, di mana polisi menangkap dua orang sehubungan dengan serangan di Wina.
Menteri Kehakiman Swiss Karin Keller-Sutter mengatakan kepada surat kabar lokal bahwa keduanya adalah “rekan” penyerang, dan ketiga pria itu bertemu langsung baru-baru ini.
Gelombang serangan yang dilakukan oleh militan Islamis di Paris, Nice, Dresden dan Wina selama beberapa minggu terakhir meningkatkan kewaspadaan, dan para pejabat keamanan Eropa mengatakan mereka khawatir akan kekerasan lebih lanjut.