Laskar Rempah Tertarik Pelajari Tenun dan Cendana Kupang
Muhibah Budaya Jalur Rempah 2022 telah sampai di Kupang, Nusa Tenggara Timur, yang menjadi titik singgah keenam. Sebelumnya Muhibah Budaya Jalur Rempah telah melakukan pelayaran dengan menggunakan KRI Dewaruci di mulai dari Surabaya, Makassar, Baubau-Buton, Ternate-Tidore, Banda Neira dan singgah di Kupang, dan akan kembali ke Surabaya.
Kini di Kupang, Laskar Rempah mempelajari pentingnya Cendana Kupang. “Indonesia adalah pemegang sah jalur rempah. Jejak rempah Indonesia telah menjadi ikon budaya yang mendunia dan menjadi jalur diplomasi internasional bidang kebudayaan," kata kata Direktur Pelindungan Kebudayaan, Ditjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek), Irini Dewi Wanti, saat menyambut Laskar Rempah Sabtu 25 Juni 2022.
Muhibah Budaya Jalur Rempah disebut sebagai upaya untuk mengumandangkan kejayaan Nusantara dalam jalur rempah, melahirkan generasi muda yang membawa semangat rempah yang baru, semangat Indonesia yang berdikari, berinovasi, dan terus berikhtiar mewujudkan kemakmuran bagi Indonesia agar mampu mewarnai peradaban dunia.
Melalui kegiatan Muhibah Budaya Jalur Rempah diharapkan dapat menumbuhkan kebanggaan masyarakat di berbagai daerah sekaligus memperkuat jejaring interaksi budaya antardaerah sehingga meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengembangkan dan memanfaatkan Warisan Budaya dan Cagar Budaya Nasional,.
“Jalur Rempah dilihat sebagai koridor untuk menghidupkan kembali, bahkan menggiatkan, interaksi antarbudaya, tidak hanya lintasan perdagangan komoditas. Sebagai pengembangan diplomasi budaya Indonesia secara sistematis dan masif dengan keharusan bersinergi lintas kementerian, lembaga, dan daerah,” tutur Direktur Kepercayaan dan Masyarakat Adat, Ditjen Kebudayaan, Sjamsul Hadi, yang turut mendampingi pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah dari Banda Naira hingga Kupang.
Para peserta Muhibah Budaya Jalur Rempah 2022 atau Laskar Rempah merupakan pemuda-pemudi yang dipilih dari 34 provinsi di Indonesia yang berjumlah 147 orang, yang dibagi menjadi empat kelompok yaitu pertama Kelompok Lada (35 orang) dengan rute pelayaran Surabaya-Makassar.
Kedua Kelompok Cengkeh (37 orang) dengan rute pelayaran Makassar-Baubau-Buton-Ternate dan Tidore. Ketiga Kelompok Pala (37 orang) dengan rute pelayaran Temate-Tidore-Banda Neira-Kupang. Terakhir Kelompok Cendana (38 orang) dengan rute pelayaran Kupang-Surabaya.
Kupang menjadi salah satu Jalur Rempah karena keberadaan komoditas kayu cendana (santalum album), asam, dan kemiri. Cendana meramaikan jalur perdagangan wewangian dunia yang berpusat di jazirah Arab, pusat perdagangan wewangian dupa tertua.
Sejak ribuan tahun lalu, wewangian adalah elemen penting dalam ritual keagamaan, pengobatan, kecantikan, dan pengawet jenazah raja dan para pembesar. Sebagai pengingat, Laskar Rempah melakukan penanaman Pohon Cendana di SMK 6 Kupang.
Selain Cendana, masyarakat Timor di Kupang memiliki budaya tenun yang diwariskan secara turun temurun. Kain tenun Kupang awalnya menggunakan sumber pewarna alami yang banyak didapatkan pada tanaman di sekitar rumah, warna biru didapatkan dari daun nila, warna merah dari biji pinang, akar daun mengkudu atau kulit manggis serta warna hijau dan abu-abu dari daun suji.
Sedangkan, warna lain bisa didapat dari perpaduan warna-warna yang sudah ada. Motif tenun menggambarkan kondisi alam, geografis, flora dan fauna Timor menunjukkan bagaimana eratnya alam merasuk dalam alam budaya masyarakat Kupang.
Pelestarian Tenun oleh Pemda Kupang melalui pelatihan anak muda di SMKN 4 menjadi lokasi kunjungan Laskar Rempah untuk melihat proses pembuatan dan pelestarian Tenun Kupang.
Mereka pun mengaku terkesan atas antusiasme dan ramah tamah masyarakat NTT menyambut kedatangan Laskar Rempah dari 34 provinsi. Sejumlah keahlian juga dipelajari dari SMK 4 Kupang, di antaranya menenun, melihat taman edukasi rempah dan menanam bibit Cendana di SMA 6 Kupang, dan mempelajari tradisi pinang sirih untuk berbagai keperluan di Museum NTT.
"Itu semua memberikan pelajaran bahwa Jalur Rempah menciptakan ketersambungan dan narasi positif khususnya pemulihan melalui konservasi cendana sebagai komoditas andalan Nusa Tenggara Timur,” pungkas Agustinus Damar Wahyu Nugroho, Laskar Rempah dari Jawa Tengah.
Kegiatan Muhibah Budaya Jalur Rempah diselenggarakan Kemendikbudristek bekerja sama dengan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL), pemerintah daerah, serta berbagai komunitas budaya.
Advertisement