Larut dalam Ilusi Lesti Kejora
Oleh Hamurasandrini
Tanpa banyak omong di depan media, dia langsung melaporkan Billar ke polisi. Selama ini, menurut dia, yang sering terjadi adalah saat kasus meletus, korban memaparkan KDRT yang dialaminya sambil berurai air mata. Namun, drama berhenti di sana.
Lesti Kejora sukses dua kali menyita perhatian publik. Yang pertama lewat laporan yang dilayangkannya ke Polres Jakarta Selatan (Jaksel) pada 29 September 2022. Ketika itu, dia melaporkan suaminya, Rizky Billar, atas dugaan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Ibu satu anak itu lantas menjalani visum. Dan, benar saja, dia harus menjalani perawatan medis pasca fisiknya disakiti sang suami.
Simpati mengalir deras untuk Lesti. Mulai dari fans, penikmat gosip selebriti, sampai orang awam seperti saya yang sejatinya tidak pernah mengenal siapa itu Lesti dan Billar. Semua menyalurkan dukungan untuk Lesti. Banyak yang mengapresiasi keberanian Lesti untuk melaporkan sang suami. Para aktivis perempuan berterima kasih kepada penyanyi dangdut bertubuh mungil itu karena telah menjadi teladan yang positif.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bintang Puspayoga, dalam sebuah acara di Istana Negara, juga menyampaikan apresiasinya untuk Lesti. Sebab, dia telah memilih untuk menjadi berani, dare to speak up. Itu selaras dengan campaign yang sedang digelorakan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak untuk memerangi tingginya angka KDRT dan Kekerasan Seksual (KS) di Indonesia.
“Kita imbau seluruh lapisan masyarakat, siapa pun yang jadi korban harus berani speak up untuk memberikan keadilan kepada korban dan efek jera kepada pelaku sehingga tidak terjadi kasus berulang,” papar Bintang.
Saat itu, dia juga mengajak masyarakat untuk mengikuti perkembangan kasus KDRT yang dilaporkan Lesti. Dia menegaskan bahwa langkah pertama yang Lesti ambil sudah benar. Yakni, dengan melaporkan sang suami.
Sebelumnya, Melanie Subono juga menyampaikan pesan yang sama dengan Bintang. Dia bahkan berterima kasih kepada Lesti. “Terima kasih. Karena loe memberikan contoh bahwa it’s okay buat ngelapor,” tegasnya.
Sebagai aktivis yang sering mendampingi banyak perempuan—termasuk selebriti—dalam kasus KDRT, Melanie menyebut langkah Lesti patut dicontoh. Tanpa banyak omong di depan media, dia langsung melaporkan Billar ke polisi. Selama ini, menurut dia, yang sering terjadi adalah saat kasus meletus, korban memaparkan KDRT yang dialaminya sambil berurai air mata. Namun, drama berhenti di sana. Korban tidak pernah melaporkan pelaku ke polisi.
Tanggapan positif Bintang dan Melanie bukan tanpa alasan. Sebagai orang-orang yang berkecimpung di bidang pemberdayaan perempuan, keduanya paham betul bahwa angka KDRT di Indonesia sangat memprihatinkan. Sepanjang 2021, Komnas Perempuan menerima aduan 2.527 kasus KDRT. Dari jumlah tersebut, lebih dari 70 persen korbannya adalah istri.
Dalam rentang waktu yang sama, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menerima laporan 10.247 kasus KDRT. Data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA) milik kementerian menunjukkan bahwa korban kasus KDRT sepanjang 2021 mencapai 10.368 orang.
Terus meningkatnya kasus membuat Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak tidak berhenti menyosialisasikan gerakan dare to speak up. Keberanian melapor menjadi langkah pertama yang digdaya untuk memutus mata rantai kekerasan tersebut. Dengan berani melapor, korban membuktikan bahwa dia tidak powerless.
Di tengah bangkitnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya berani melapor, Lesti kembali mencuri perhatian publik pada 13 Oktober 2022. Sepulang umrah, dia bergegas ke Polres Jaksel karena mendengar status Billar yang semula adalah saksi dalam kasus KDRT berubah menjadi tersangka. Malam itu juga, polisi menerbitkan surat perintah penahanan selama 20 hari untuk Billar.
Lesti menjumpai Billar. Seperti harapan kuasa hukum Billar, perdamaian tercapai. Bahkan, Lesti mencabut laporannya soal KDRT. Sontak keputusan Lesti itu membuat geger publik. Kaum awam seperti saya yang tidak pernah kagum pada Lesti maupun Billar dan hanya mengikuti berita tentang mereka sejak 29 September 2022 pun kecewa. Mengapa harus dicabut? Toh, semua aduan Lesti bisa dibuktikan.
Keterangan Lesti bahwa dia memaafkan sang suami karena cinta, sungguh membuat saya pening. Apalagi, KDRT sudah dialami Lesti berkali-kali. Itu bukan yang pertama. Dalam keterangannya, Polres Jaksel menyebutkan 10 kasus KDRT yang pernah Lesti alami selama berumah tangga dengan Billar. Saya tak habis pikir.
Namun, saya mendapatkan pencerahan setelah membaca artikel di wolipop.detik.com yang memuat paparan Psikolog Klinis Dewasa Alfath Hanifah Megawati M.Psi tentang KDRT dan toxic relationship. Di sana, psikolog yang akrab disapa Ega itu menyatakan bahwa toxic relationship bukanlah relasi yang mudah untuk diakhiri.
Ega menyampaikan bahwa pasangan (yang menyakiti dan yang tersakiti) terjebak dalam ilusi relasi yang membuat mereka saling mempertahankan hubungan. Pihak yang menyakiti biasanya mencintai pasangannya, tetapi terjebak pada pola yang salah. Sedangkan pihak yang tersakiti terus berharap pasangannya akan berubah.
Korban akan dibuat maklum pada sikap pelaku karena alasan-alasan baik yang diutarakan. Di sisi lain, korban takut tidak akan ada orang yang mencintai dirinya dengan baik. Maka, korban memilih untuk kembali ke pelukan pelaku. Demikianlah siklus toxic berlaku.
Agaknya, selain Lesti dan Billar yang terseret dalam ilusi relasi untuk saling mempertahankan hubungan, orang awam seperti saya pun juga jadi tersihir ilusi. Tepatnya, ilusi idealis. Betapa banyaknya simpati dan apresiasi terhadap Lesti ketika dia melaporkan Billar telah membuat saya berilusi untuk mendengar langkah tegap selanjutnya. Billar menjalani sidang dan kemudian mendekam di penjara, misalnya.
Namun, agaknya memang segala yang toxic terlalu rumit untuk diurai. Ketika Lesti yakin Billar akan berubah dan kehidupan rumah tangga mereka akan kembali seperti sedia kala, saya pun yakin untuk tidak lagi mengikuti berita tentang selebriti yang tidak saya follow akun medsosnya. Maka, hati dan pikiran saya pun akan kembali damai seperti sedia kala. (*)
editor : WR
Advertisement