Bantuan untuk Korban Banjir di Lebak Jadi Rebutan
Bantuan untuk korban banjir di wilayah Kabupaten Lebak, Propinsi Banten terus berdatangan sejak banjir terjadi pada 1 Januari 2020. Namun, distribusi bantuan di lapangan tak merata lantaran perbuatan nakal oknum relawan, serta jenis bantuan yang tak tepat guna.
Pengamatan ngopibareng.id di lokasi banjir Sabtu 11 Januari 2020, banyak bantuan yang tidak tepat sasaran. Sebagian lagi mubazir, menumpuk tak terurus, karena bantuan tidak dibutuhkan masyarakat terdampak banjir, seperti pakaian bekas.
Beberapa komunitas mau pun perorangan nampak ingin meneyrahkan bantuan sendiri kepada korban. Kemudian mereka ber swa foto dengan latar belakang pengungsi yang tinggal di tenda darurat akibat rumah yang roboh diterjang banjir.
Sejumlah relawan beberapa posko yang seharusnya ikut mengatur pendistribusian bantuan untuk korban banjir, ada yang 'nakal'.
Bantuan yang seharusnya disalurkan pada warga, seperti sembako dan barang berharga, segera dicegat dibelokkan ke poskonya. Sebaliknya jika ada bantuan yang dianggap harganya murah seperti pakaian bekas, tidak ada yang mengambil.
Fakta ini dapat disaksikan di Desa Bungur Mekar, Lebak, Banten. Desa ini kondisinya terbilang parah. Ratusan rumah rusak disapu banjir, sekitar 1.500 orang tinggal di pengungsian.
Menurut beberapa warga Desa Bungur, mobil pembawa bantuan setiap hari keluar masuk, tapi pembagiannya tidak merata. "Kalau ada mobil pembawa bantuan datang, saling berebut. Siapa yang kuat dapat banyak, yang lemah tidak dapat apa apa, hanya jadi penonton," kata seorang warga bernama Asnah.
Asnah bersama tiga putrinya tinggal di tenda darurat, karena rumahnya hancur diterjang banjir ketika sungai Ciberang di belakang rumahnya melup hinga dua meter.
Meski kehilangan tempat tinggal Asnah masih bersyukur seluruh keluarga selamat. "Saya mengharap ada bantuan dari pemerintah untuk memperbaiki rumah," harapnya.
Sementara relawan Posko Banjir Ikatan Sarjana Nadlatul Ulama ( ISNU) Lebak Muhammad Umar, tak menampik adanya relawan yang nakal. "Ngurusi bantuan korban bencana alam banjir ini banyak godaannya, di antaranya rasa ingin mengambil yang bukan haknya," kata Umar.
Ditanya soal menumpuknya ribuan lembar pakain bekas di dekat poskonya, Umar mengatakan sulit mendistribusikannya dan butuh waktu lama karena harus dipilah dulu antara yang layak pakai dan yang tidak. Untuk ukuran anak-anak dan dewasa.
"Kami tidak punya tenaga dan waktu untuk menyutirnya. Akhirnya buat tiduran pengungsi dan anak anak," kata Umar.
Berbeda dengan sembako, mie instan dan makanan ringan, jika bantuan jenis ini datang warga langsung berebut, yang terdampak banjir mau pun yang tidak. Tapi ngakunya korban banjir.
Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya, mengatakan pihaknya sudah berusaha mendistribusikan bantuan untuk korban banjir secara merata, terutama bantuan dari pemerintah. Yang sulit kalau bantuan dari komunitas dan perorang yang inginnya dibagikan sendiri pada korban. Sehingga memunculkan kesan seakan pembagian bantuan korban banjir tidak merata, kata Iti.