Lapak Pasar Koblen Sepi Dagangan, Pembeli Jarang Datang
Ramai-ramai kisruh pasar buah dan sayur di bekas Penjara Koblen, Surabaya, nyatanya tak sebanding dengan kondisi di lapangan. Dari pantauan Ngopibareng.id, lapak pedagangan di sana sepi. Kondisinya tak semeriah pasar tradisional lainnya di Kota Pahlawan.
Ngopibareng.id kembali mengunjungi Pasar Koblen. Melihat kondisi terkini pasar tradisional di eks penjara kolonial yang dijadikan Cagar Budaya. Kedatangan kali ini untuk menemui seorang 'kepala' pengelola Pasar Koblen. Ia aktif bersuara lantang ke media, yakni Anwar Sadat. Pria asal Madura ini akrab disapa Abah oleh orang sekitar dan pedagang.
Badannya tegap dan berkumis. Ia tampak mengenakan jam emas ukuran besar di tangan kiri, sedangkan cincin batu giok tersemat di beberapa ruas jarinya. Ia mengenakan baju dengan kancing atas dibuka dua dipadu dengan sarung.
Ngopibareng.id menemui Anwar Sadat di lapaknya. Ia tengah duduk bersila di atas dipan tak terlalu besar setinggi lapak sayur mayur miliknya. Ia berjualan timun. Timun saja tanpa sayur lainnya. Lapak Anwar berada dekat pintu masuk utama pasar sayur Koblen. Dari pintu gerbang eks penjara itu, lurus terus hingga menemukan lapak-lapak sayur di bagian kiri.
Setelah itu menemukan jalan luas di tengah lapak-lapak. Jalan itu cukup besar untuk memuat satu mobil pick up yang digunakan bongkar muat sayur. Setelah memasuki jalan itu, lapak Anwar Sadat berada di sebelah kanan. Terpaut empat lapak dari awal masuk jalanan tengah itu. Mudah mencarinya, "yang jual timun saja". Itulah lapak Anwar Sadat.
'Kepala' Pengelola Pasar Koblen
Anwar Sadat langsung cekatan turun dari dipan sambil membetulkan sarung dan mengulurkan tangan ucapan selamat datang kepada Ngopibareng.id. "MasyaAllah, mari mas masuk ke lapak. Tidak buang sama sekali ya, paras sampean persis banget dengan bapak," kata Anwar saat bertemu Alief Sambogo.
Setelah mempersilahkan duduk tamunya, Anwar Sadat langsung menyuguhi kopi hitam yang masih panas. Ia juga menawarkan rokok kretek yang berfilter. Keramahan itu seolah menjadi "izin" untuk melakukan reportase kondisi Pasar Koblen.
Menurut Anwar Sadat, di pasar ini tersedia bagi 300 pedagang. Namun hanya 90 lapak yang aktif berjualan. Tetapi, jumlah itu tidak berlaku setiap hari. Dalam sehari lapak yang buka hanya separuh, bahkan terkadang hanya seperempatnya saja. Memang, kondisi pasar itu belum ramai. Belum ramai pedagang, karena minat pembeli juga sepi.
Persis di belakang lapak Anwar Sadat, masih banyak puluhan lapak yang belum terisi. Sepi. Meski sudah ada lampu bohlam putih yang menggantung di setiap lapak. Namun tak dinyalakan semua, sebab lapaknya kosorng.
Sepi Pembeli
Para pedagang pun juga terlihat hanya duduk-duduk di lapak masing-masing. Sesekali mereka mengobrol dengan sesama pedagang yang sedang lalu lalang.
"Sepi yo? Podo iki. Udan soale, akeh sing males metu. (Sepi ya? Sama dong ini. Hujan soalnya, jadi banyak yang malas keluar)," celetuk pedagang di belakang lapak Anwar.
Pembeli pun hanya segelintir saja. Kebanyakan warga sekitar. Ketika diwawancara banyak yang tak mau. Malu-malu kucing. Ada satu pembeli yang bersedia diajak ngobrol, tapi syaratnya jangan difoto. "Takut tenar," katanya.
Adit Ardani namanya. Pria ini bermukim di daerah Jalan Pringadi, Surabaya. Ia biasa belanja malam hari, untuk kebutuhan memasak istrinya esok pagi. Sebab, Adit harus berangkat kerja pagi. Ia dinas di salah satu perusahaan swasta di Gresik.
Adit membeli seperempat kilogram timun Anwar dan seperempat cabai di lapak seberangnya. "Paling dekat ya sini mas. Mau ke Pasar Keputran ya jauh. Toh di sini juga agak murah. Sepi. Jadi enak dan nyaman," katanya.
Adit menjadi pembeli ketiga yang dilihat Ngopibareng.id. Padahal hampir satu jam di lokasi. Memang kondisi pasar jauh dari kata ramai. Tak seramai pemberitaan di media masalah pasar sayur dan buah Koblen.
Advertisement