Lansia Panti Wreda Surabaya, Sebatang Kara dan Ditelantarkan Anak
Para lansia yang hidup sebatang kara atau berasal dari keluarga miskin difasilitasi oleh Pemkot Surabaya, untuk tinggal di panti wreda Jambangan. Mereka mendapatkan perawatan sesuai kondisi, juga diberikan fasilitas yang layak untuk tempat tinggal dan makanan.
Kepala UPTD Griya Werdha dan Liponsos Kurta Babat Jerawat, Didik Dwi Winarno mengatakan, ada tiga tipe lansia yang dirawat di panti wreda yakni, mandiri yang masih bisa melakukan aktivitasnya sendiri tanpa bantuan.
"Ada juga parsial yang memakai kursi roda, dan total care. Kalau untuk yang total care lansianya sepenuhnya dirawat, karena dia sudah tidak bisa bangun dari tempat tidur," kata kepada Ngopibareng.id
Untuk diketahui, saat ini pihaknya merawat 95 lansia mandiri, 54 lansia parsial dan 35 lansia total care. Total ada 184 lansia yang dirawat.
Didik menceritakan, lansia yang dirawat di panti wreda Jambangan tidak hanya makan dan tidur saja. Tetapi mereka juga diberikan kegiatan agar tubuhnya bergerak dan aktif, bahkan ada pula kegiatan keagamaan sesuai dengan agama masing-masing.
"Setiap pagi para lansia diajak untuk senam, setelah senam ada pemeriksaan kesehatan seperti tensi dan lainnya. Bagi yang beragama Islam akan ada kegiatan salat berjamaah, mulai dari Dhuha hingga Tahajud," ujar Didik.
Lanjutnya, ada pula kegiatan puasa Senin-Kamis bagi lansia yang masih kuat menjalankan ibadah puasa. Bagi para lansia non Muslim ada kegiatan kerohanian setiap Kamis dan Sabtu pagi. "Selebihnya kami menjaga asupan makanan mereka hingga jam tidurnya," tambahnya.
Kisah Lansia di Panti Wreda Jambangan
Didik mengungkapkan, lansia yang tinggal di panti wreda merupakan lansia sebatang kara atau dari keluarga miskin di Surabaya. Kebanyakan dari mereka dirujuk RT/RW ke panti wreda agar mendapat fasilitas hidup layak.
Selain itu, ada pula anak yang dengan sengaja menyerahkan orang tuanya untuk dirawat ke panti wreda milik pemkot Surabaya ini dengan membuat surat pernyataan.
"Kalau untuk yang membuat surat pernyataan tidak serta merta kami terima, tapi kami lakukan verifikasi dulu. Kalau memang di lokasi dia memiliki anak, tapi dalam kondisi benar-benar tidak mampu, baru kami bawa kesini," terang Didik.
Ia mencontohkan, misal kondisinya seorang lansia masih punya anak tapi anaknya saja untuk mencukupi kebutuhannya sendiri tidak mampu, masih nge-kos dan lainnya. "Itu kami pertimbangkan untuk dibawa ke panti wreda" lanjutnya.
Saat melakukan verifikasi data lansia, mirisnya Didik bersama timnya sering mendapati lansia yang memang ditelantarkan oleh anaknya, karena tidak akur. "Yang ditelantarkan sering saya temui, tidak akur dengan anaknya. Anaknya tidak mau merawat sibuk dengan urusannya sendiri, banyak yang seperti itu," tambahnya.
Sebelum membawa lansia ke panti wreda untuk dirawat, pihaknya terlebih dahulu melakukan pemeriksaan kesehatan dan aset lansia. Dipastikan lansianya memang benar-benar tidak memiliki aset.
Kalau untuk kesehatan yang diperiksa adalah penyakit menular seperti TB dan HIV. Selain itu, juga diperiksa kondisi kejiwaannya. "Kalau ada penyakit menular tidak kami bawa ke panti wreda, karena nanti berisiko menulari lansia lainnya. Biasanya kami bawa dulu ke Liponsos Kurta Babat Jerawat, di sana ada tempat untuk yang sakit," jelas Didik.
Tidak semua lansia yang dirawat di panti wreda Jambangan tak memiliki anak atau sebatang kara. 20 persen dari lansia tersebut masih ada yang memiliki anak. Tapi ironisnya lagi, tak ada satupun dari anak tersebut yang mengunjungi orang tuanya, ketika dirawat di panti wreda.
"Ada yang masih punya anak, tapi memang tidak pernah kesini anaknya. Biasanya mereka kesini kalau orang tuanya sudah meninggal," tandas Didik.
Saat ditanya suka duka merawat lansia di panti wreda, Didik menyampaikan, ia dan timnya menganggap para lansia adalah orang tua mereka sendiri. Ada yang bertengkar, manja bahkan terkadang ada yang minta dipulangkan.
"Kadang ada juga yang mengoceh minta ketemu anaknya, padahal dia sudah punya anak. Kadang ada yang minta pulang, pulang kemana kan tidak ada," ungkapnya.
Panti Wreda Jambangan Overload
Panti wreda Jambangan kini bisa dibilang overload. Pasalnya ada 184 lansia yang menghuni dari kapasitas 160 orang. Untuk sementara waktu para lansia harus rela berbagi tempat dengan penghuni lainnya.
"Sementara kami dempet-dempetkan kasurnya supaya muat. Sebagian lagi untuk lansia mandiri kami titipkan ke UPTD Kalijudan sampai griya wreda Sonokwijen jadi," jelas Didik sambil menunjukkan kamar di panti wreda.
Untuk diketahui, saat ini pemkot tengah mempersiapkan panti wreda baru di kawasan Sonokwijenan, Kecamatan Sukomanunggal, Surabaya.
Advertisement