Langkah Tegas Walikota Hadapi Kasus Pelecehan Seks Anak Surabaya
Warga Surabaya kembali dihebohkan dengan kasus pelecehan dan kekerasan pada anak. Ngopibareng.id mencatat dalam seminggu terdapat tiga kasus pelecehan dan satu kasus kekerasan pada anak, mirisnya semua pelaku adalah orang dekat dan berstatus keluarga.
Kasus-kasus tersebut antara lain, pelecehan yang dialami siswa SMP. Ironisnya, pelaku adalah ayak, kakak, dan dua pamannya. Selanjutnya, kasus pelecehan yang dialami balita usia empat tahun. Pelakunya tetangganya menggunakan sumpit. Kasus ketiga ialah pemerkosaan yang dialami siswi SMK dan kasus penganiayaan yang dialami GE oleh ibu kandungnya.
Melihat hal tersebut Walikota Surabaya, Eri Cahyadi merasa miris. Pihaknya berkomitmen akan melakukan pendampingan kepada semua korban yang masih anak-anak melalui Dinas Pemberdayaan, Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3A-PPKB).
Selain itu, Eri Cahyadi juga akan mendorong RT dan RW untuk lebih guyub rukun dengan warganya. Sebab, bila seseorang mengalami sesuatu yang akan mengetahui terlebih dahulu adalah tetangganya, sebagai orang terdekat.
"Pembangunan sebuah kota tidak hanya fisik, tapi SDM. Termasuk SDM akhlakul karimah untuk pencegahan kekerasan anak dan perempuan. Pendampingan dilakukan sampai sekarang," tegas Eri Cahyadi, Rabu, 24 Januari 2024.
Bahkan, pihaknya berencana membuat sekolah bibit unggul untuk para korban kekerasan dan pelecehan seksual di Kota Pahlawan. Biaya pendidikan para korba juga akan ditanggung Pemkot Surabaya hingga lulus.
"Nanti akan ada sekolah Bibit Unggul sekarang namanya Sekolah Anak Negeri. Nanti saya akan buat asrama untuk dia tinggal di sana, sekolah dibiayai sampai lulus. Kami akan mengasuh anak-anak tersebut, dikawal sampai mereka dewasa dan berhasil," terangnya.
Di sisi lain, mengenai perihal tersebut tidak ada kaitannya dengan Kota Layak Anak (KLA) yang disandang Kota Surabaya. Eri Cahyadi mengungkap, KLA diindikasi bukan dari kasus atau kejadian pada anak tetapi bagaimana pemerintah dan warganya melakukan sosialisasi ramah anak.
"Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Unicef menyampaikan bahwa tidak melihat itu (kasus kekerasan dan pelecehan) sebagai Kota Layak Anak. Tetapi apa yang dilakukan pemerintah, itu yang dilakukan menjadi kota ramah anak dan layak anak," imbuhnya.
Meski demikian, ia memahami bahwa tidak bisa menutup mata atas kasus pelecehan dan kekerasan anak yang terjadi. Untuk itu dirinya akan menguatkan masing-masing perkampungan dengan Sekolah Orang Tua Hebat.
"Kami juga akan meningkatkan rasa sesama tetangga itu bagaimana rasa empati lebih tinggi. Hidup harus empati. Kita tingkatkan empati. Warga tidak bisa hidup sendiri-sendiri bagaimana mereka punya rasa empati untuk satu sama lain," tandasnya.