Langit pun Berduka Mengiringi Pemakaman Ali Banat
Di tahun 2015, Ali Banat divonis mengidap kanker Adenoid Cystic Carcinoma stadium empat. Sejak itu pula kanker terus mengerogoti tubuhnya.
Ali meninggalkan gaya hidup mewahnya dan memilih untuk membantu anak-anak yatim piatu di Afrika.
Dokter di Australia saat itu memperkirakan jika usianya hanyalah kurang dari setahun lagi. Ali langsung ingin mengubah hidupnya, meninggalkan apa yang menurutnya bersifat keduniawian. Tapi, ia menganggap kanker yang diidapnya adalah sebagai sebuah ‘karunia’ dari Tuhan.
Ali kemudian memulai sebuah program yang ia namai ‘Muslim Around The World’ (MATW). Lewat organisasi itu, ia memberi perhatian besar untuk kaum yang membutuhkan di sebuah wilayah di Afrika bernama Togo.
Ia pun menggalang dana untuk membangun kampung bagi 200 janda, sekolah dan asrama untuk 600 anak yatim piatu serta sebuah masjid.
Hingga ia meninggal pada Selasa malam, penggalangan dana untuk organisasinya itu telah mencapai lebih dari target awal yakni $1 juta dolar, atau lebih dari Rp 10 miliar.
Ali pun terus melakukan kebaikan hingga ia menutup mata pada Selasa, 29 Mei 2018. Ia meninggal di bulan Ramadhan. Kepergiannya pun menjadi duka bagi banyak orang.
Kisah hidup Ali yang menginspirasi membuat pemakamannya yang dilaksanakan di kawasan Lakemba, New South Wales dihadiri oleh banyak orang.
Video pemakaman Ali pun sempat diunggah oleh salah seorang netizen pengguna Facebook dengan akun bernama The Deen Show.
Dalam video itu tampak ratusan orang mengantar jenazah Ali Banat ke tempat peristirahatan terakhirnya. Awan mendung pun terlihat di langit saat jenazah Ali bersiap untuk dimakamkan.
Ucapan duka pun mengalir mendoakan segala kebaikan mengiringi kepergiannya. Banyak pula netizen yang takjub melihat kondisi langit yang seolah ikut bersedih mengantar kepergian miliarder yang dermawan itu.
Banyak hati yang terluka atas kematiannya, ia adalah sumber inspirasi yang telah banyak menanamkan benihnya di hati kita semua untuk terus melanjutkan cita-citanya,” ujar Faiza, salah satu penggemar Ali.
“Ia adalah inspirasi bagi saya saat terkena penyakit. Setelah mendengarkannya, saya mulai merasa bahwa penyakit saya adalah karunia,” ucap Kanwal Rukh yang tinggal di Pakistan.