Lampu Merah Damai di Afghanistan
Mendekati selesainya penarikan pasukan Asing dari bumi Afghanistan, masih belum ada titik temu tercapainya kesepakatan damai diantara Pemerintah dengan Taliban. Perundingan tidak resmi yang berlangsung di Iran pada awal Juli, diantara kedua belah pihak belum mencapai kemajuan.
Sebaliknya di lapangan, pasukan Taliban melakukan offensif militer besar besaran. Berdasarkan pernyataan Jubir Taliban Zabibullah Mujahid pada 12 Juli 2007, Taliban kini telah menguasai 125 distrik dari keseluruhan 421 distrik. Taliban juga telah mengendalikan tujuh akses di perbatasan dengan Iran, Pakistan, Tajikistan, Turkmenistan dan Uzbekistan.
Sulit soal Pilihan Sistem Polisik
Persoalan dalam perundingan yang paling krusial dan sulit adalah soal sistem politik. Berbeda dengan sistem politik demokrasi Islami yg diikuti pemerintah Afghanistan, sebaliknya Taliban menolak pemilu bebas dan menghendaki sistem politik dibawah kendali Majelis Shura terdiri Ahl Al Hali Wal Aqdi (pemerintahan dibawah ahli agama) mirip pemerintah Taliban yang digulingkan pada 2001.
Taliban tetap berpegang teguh menolak wanita tampil sebagai pimpinan politik dan tampil di publik misalnya dalam acara seni dan budaya lainnya. Kelonggaran hanya diberikan untuk bekerja sesuai dengan kodrat wanita.
Selama dalam perundingan dengan Amerika Serikat sebelumnya, Taliban selalu menolak merespons isu kehadiran ISI, ISIK (Islamic State in Korasan) dan Al Qaeda. Kelompok teroris tersebut selama ini bersembunyi di daerah yang dikuasai oleh Taliban.
Rusia, Iran dan Qatar berupaya ikut mendamaikan kedua belah pihak. Qatar mengeluarkan pernyataan yang menarik untuk tidak mengakui pemerintah yang dicapai melalui kekerasan militer. Taliban memang secara terbuka memprioritaskan negosiasi, tetapi dalam waktu yang bersamaan menggerakkan mesin perangnya.
Menyimak kondisi di medan perang dan relatif lemahnya upaya perdamaian internasional, opsi yang paling mungkin pada hari terakhir penarikan asing adalah, Taliban akan melancarkan offensip militer. Kalau itu terjadi, Afghanistan akan terbelah menjadi dua bagian yang berseteru dan sekaligus menjadi basis terorisme kelanjutan atau gabungan dari Al Qaeda dan ISI serta ISIK (Islamic State In Kurasan). (bersambung).
DR KH As'ad Said Ali
Pengamat Sosial Politik tinggal di Jakarta.
Advertisement