Laju Wakil Aceh dan Papua di Kabinet Maju
"Saya kan bukan menteri agama Islam," tegas Fachrul Razi. Mantan Wakil Panglima ABRI itu menegaskan posisinya ke wartawan, seusai dilantik di Istana Negara, Rabu, 23 Oktober 2019.
“Saya menteri agama Republik Indonesia yang di dalamnya ada lima agama,” tambahnya. Lagak bicaranya tegas. Ini menunjukan gaya militernya yang masih kuat.
Tentu saja, kalau mau jernih memandang, memang seperti itu perannya. Melindungi keberagaman agama juga kebebasan menjalankan ibadah para pengikutnya. Bahkan, lewat konstitusi, warga boleh tidak mengisi kolom agama dalam KTP.
Mungkin, Pak Jokowi juga berharap, Pak Fachrul bisa memberikan perbaikan atas beberapa hal. Yang utama, tentu memastikan posisi tegas negara atas radikalisme pemeluk agama. Negara tak boleh kalah oleh gertak masa.
Kalau urusan penyelenggaraan ibadah umroh dan haji, ya tentu saja harus makin baik. Manajerial dan disiplin militer seharusnya bisa memperbaiki manajemen haji. Harus makin baik.
Memang, posisi Pak Fachrul ini jadi perdebatan. Terutama, dari kalangan Nadhatul Ulama. Mereka menganggap, posisi itu seharusnya jatah NU.
Namun, dengan pelantikan Pak Zainut Tauhid sebagai wakilnya pada Jumat, 25 Oktober 2019, semoga polemik mereda. Walau kalau mau melihat lebih dalam, masih ada bara membara. Masih kecewa.
Bisa jadi, kalangan petinggi PBNU menganggap, Presiden Jokowi sudah melupakan PBNU. Mereka tak lagi dilibatkan dalam proses kekuasaan. Karena, mereka merasa saham NU besar sekali menangkis serangan kaum radikal itu.
Diskusi ini akan makin panjang, bila mengikutsertakan kumpulan relawan Pak Jokowi. Pasalnya, kumpulan relawan sempat patah arah. Juga marah atas posisi Pak Fachrul Rozi ini. Bahkan mengancam bubar dan tak lagi mendukung.
Bravo 5, salah satu sayap relawan, malah dapat dua posisi menteri. Untuk Pak Luhut Pandjaitan dan Pak Fachrul Rozi. Namun, dengan ditunjuknya Ketum Projo Budi Arie Setiadi jadi Wamendes PDTT, semoga bara amarah mereda.
Namun, kita bahas saja Pak Fachrul ini. Saat dia datang ke Istana pada Selasa lalu, sepertinya hanya ada satu wakil dari Aceh. Pak Fachrul ini kelahiran Banda Aceh, 73 tahun lalu. Tepatnya 26 Juli 1974.
Namun, cerita masih berlanjut. Selasa, 22 Oktober 2019, Pak Sofyan Djalil juga merapat ke Istana. Senyumnya mengembang saat disapa wartawan.
Pria kelahiran Aceh Utara ini, kembali memegang posisi Menteri ATR/ Kepala BPN. “Saya mirip kunci Inggris, bisa digunakan untuk apa saja,” ungkap Menteri Sofyan Djalil di suatu pertemuan. Ungkapan itu, cara sederhana dia menjelaskan, mengapa dia masih dipercaya Pak Jokowi.
Dia bergeser ke beberapa posisi. Dari Menko Perekonomian, Menteri Bappenas, hingga Menteri ATR. Total dengan jabatan sekarang, dia sudah pernah merasakan enam kali posisi menteri.
Rekor yang agak susah dipatahkan oleh siapa pun. Kiprah Menteri Sofyan mengenjot aparatnya memproduksi seritifikat tanah, bagi saya, fenomenal. Saya tidak tahu apa rahasianya.
Faktanya aparat BPN dibuatnya mengelinding kencang. Adik angkatan Kagama yang kerja di BPN di luar Jawa pun mengaku selalu lembur. “Sabtu-Minggu, kita kerja ngukur Mas,” ungkapnya.
Kini, dia dan timnya bekerja keras mensertifikasi fasilitas umum dan sosial di tempat kotanya bekerja. Termasuk masjid. Hasilnya banyak yang tertawa dan sedih. Masyarakat tertawa, oposisi agak sebal, para aparat BPN pasti diantara keduanya.
Derasnya seremoni pembagian sertifikat itu juga membuat pening. Terutama bagi Kepala BPN Kota. Mereka bisa jadi kelabakan, saat ada pemberitahuan pembagian masal itu.
Mungkin ada yang lupa mengangarkan. Atau karena seringnya event, anggaran sudah tandas. “Kadang kita dijawil, buat bantuin,” ungkap salah satu entreprener properti di Salatiga, Bandung, dan Solo.
Menteri Sofyan ini rendah hati, murah senyum, jarang marah, ringan tangan, dan bekerja dengan detail. Mungkin, karena berasal dari keluarga biasa membuatnya berbeda.
Bahkan saat kuliah dulu, Masjid jadi tempat tinggalnya. Tak heran, dia fasih memberikan khutbah. “Wah, ‘ustaz’ itu profesi saya. Yang lainnya hanya hobi,” candanya saat memberikan tausiyah di acara halal bi halal sebuah perusahaan.
Yang juga dapat perhatian publik, tentu saja wakil dari Papua. Pak Jokowi meyakini, penunjukan Bang Bahlil Lahadalia sebagai Kepala BKPM sudah cukup. Walau bukan kelahiran Papua, dia besar di sana.
Namun, persepsi publik ternyata berbeda. Akhirnya, ada satu lagi yang dilantik. Pak Wempi Wetipo, politisi PDI P dijadikan Wakil Menteri PUPR.
Bisa jadi, pelantikan Wamen ini masih akan berlanjut. Akan ada Wamen-Wamen baru untuk mengakomodasi para pendukung Pak Jokowi dan Abah Ma’ruf. Agar suasana tenang.
Belajar dari kabinet periode pertama, potensi reshuffle kabinet pasti terjadi. Karena kompromi di sana-sini. Namun, apakah akan jadi kabinet seumur jagung?
Hanya waktu yang akan menjawabnya.
Ajar Edi, kolomnis "Ujar Ajar" di ngopibareng.id
Advertisement