Laita Ro'ati, dari Tim Futsal Kampus Hingga Jadi Best Goalkeeper Piala AFF Wanita 2024
Laita Ro'ati Masykuroh baru saja mengangkat trofi juara sekaligus terpilih asebagai Best Goalkeeper Piala AFF Wanita 2024. Siapa yang menyangka jika kariernya bermula dari tim futsal kampus pada tahun 2018.
Lahir di Banyuwangi, 19 Oktober 1999, Laita mengaku tak mengenal dunia sepak bola sebelum memutuskan berkuliah di Universitas Negeri Malang (UM). Masuk Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) angkatan tahun 2017, Laita langsung terlibat dalam tim futsal kampusnya.
"Pada tahun 2018 saya baru benar-benar tahu kalau sepak bola cewek itu ternyata betulan ada. Saya pikir dulu sepak bola ya adanya cuma untuk cowok saja di Indonesia. Saya dulu kariernya berawal dari futsal sejak awal kuliah. Jadi, saya gak pernah kepikiran bisa main sepak bola," kata Laita kepada Ngopibareng.id, Minggu, 8 Desember 2024.
Karier futsalnya dimulai saat membela Banteng Muda yang mengikuti liga futsal tingkat nasional. Kebetulan, klub futsal lokal Malang itu diperkuat mayoritas pemain dari tim futsal UM.
"Yang pertama mengenalkan sepak bola kepada saya teman-teman di Banteng Muda, karena ternyata anak-anaknya mayoritas para pesepak bola yang merangkap di futsal juga. Karena saya ingin fokus di futsal, saya memilih gak ikut terjun ke sepak bola juga," imbuhnya.
Menurut pemain yang akrab disapa Letta itu, keputusannya tersebut tepat. Pasalnya, karier futsalnya saat itu cukup bagus, karena sempat bermain di Liga Mahasiswa bersama tim futsal UM selain tampil bersama Banteng Muda.
Letta mengisahkan, pada suatu hari ada momen teman-teman klub futsalnya berman sepak bola di tarkam (antar kampung). Teman-temannya memaksa Letta untuk ikut sebagai pelengkap.
Mereka memaksa saya untuk memenuhi kuota, karena kebetulan pemainnya kurang, gara-gara kipernya cuma satu orang. Sebetulnya, Letta waktu itu sama sekali tidak berminat jadi kiper di sepak bola, karena memang tak bisa bermain di lapangan besar.
"Karena diajak pelatih dan teman-teman, mau gak mau saya ikut. Saya bahkan gak punya sarung tangan kiper dan sepatu sepak bola. Jadi modalnya pinjam punya teman, buat jaga-jaga saja siapa tahu kiper utamanya ada apa-apa," terangnya.
Dari momen itu, Letta tahu bahwa turnamen di sepak bola lebih banyak ketimbang futsal. Namun, momen itu belum mengubajh keputusannya untuk serius terjun ke sepak bola dan kembali fokus meningkatkan skill futsalnya, karena punya target menembus Liga Futsal Profesional sebagai pemain inti.
"Mangkanya, saat itu sepak bola buat saya cuma angin lalu saja, sampai pada tahun 2019 saya meraih juara 2 di POMNAS (Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional). Saya tiba-tiba dihubungi Coach Maning (Pelatih Banteng Muda). Beliau tiba-tiba mengajak saya ikut sepak bola, Liga 1 Putri," jelas Letta.
Itulah momen pertama kali Letta gabung Arema FC Women yang mampu menembus semifinal Liga 1 Putri 2019. Letta gabung dan lolos seleksi bersama sejumlah pemain Banteng Muda lainnya, seperti Windi Ayu, Nava Rina, Alzahna Firzalvia, dan Anisya Widya.
"Nah, karena waktu itu memang jadwalnya ksoong, kebetulan libur semester panjang, ya saya ambil saja. Toh cuma seleksi, belum tentu lolos juga," ujar dia.
Jujur diakuinya, waktu itu Letta tidak tahu teknik-teknik menjadi kiper dalam permainan sepak bola. Letta hanya bermodalkan kemampuan sebagai kiper futsal.
"Yang penting mencoba saja dulu. Gak tahunya nama saya ada di dalam daftar pemain yang lolos. Sejak saat itu saya mulai menekuni sepak bola. Karir saya dimulai dari bangku cadangan sebagai kiper pelapis," paparnya.
Setelah nyaman jadi kiper Arema FC Women, ternyata Letta tak sepenuhnya meninggalkan dunia futsal yang membesarkannya. Sesekali, pemain berusia 25 tahun itu masih 'bercengkrama' di lapangan sintetis yang berukuran lebih kecil dari lapangan sepak bola.
"Masih tetap ikut futsal, tapi cuma sesekali saja, misalnya fun game saja. Selebihnya, saya fokus ke sepak bola, karena sudah mulai pindah haluan," tegasnya.
Letta pun curhat bedanya jadi kiper tim sepak bola dan kiper tim futsal. Menurutnya, kiper tim futsal lebih berat karena dituntut terus aktif terlibat dalam permainan.
"Jadi kiper tim futsal itu sering jatuh, harus sering melakukan split, sedangkan di sepak bola gak perlu. Dulu awal-awal jadi kiper tim futsal lutut dan paha saya sering lebam-lebam dan tergores gara-gara reflek split. Kalau sekarang sudah gak bisa split lagi," candanya saat diminta memeragakan split.
Sementara, terkait posisinya sebagai kiper, sebenarnya juga berawal dari sebuah keterpaksaan. Saat pertama kali gabung Banteng Muda, Letta sebenarnya berposisi sebagai pemain lapangan, tapi pelatih memintanya jadi kiper.
"Alasanya karena waktu itu kipernya gak ada, jadi saya disuruh mencoba menjadi kiper. Kata pelatih kok bagus. Ya sudah, saya disuruh jadi kiper saja. Saya mau saja, karena waktu itu memang niatnya belajar main futsal juga. Kalau sekarang sudah nyaman jadi kiper," kenang Letta.
Tentang kaiernya di Timnas Indonesia Wanita, Letta untuk pertama kalinya mendapatkan panggilan di era pelatih Rudy Eka. Letta mengikuti pemusatan untuk laga Kualifikasi Olimpiade Paris 2024 pada Maret 2023 lalu.
"Waktu itu saya pertama kali main di Kualifikasi Olimpiade, karena kiper utama Fani Suprianto dan Atin Rizky lagi cedera. Jadi, memang gak ada stok kiper lainnya di Timnas," seloroh Letta.
Setelah jmeraih juara Piala AFF Wanita 2024, sekaligus menjadi Kiper Terbaik, Letta menyebut ini bukanlah puncak dari perjalanan kariernya. Sebab, semua itu akan segera menjadi masa lalu.
"Tentu saya masih mau berjuang lebih keras lagi. Bagi saya, kemarin cuma masa lalu, dan besok adalah masa depan. Saya mau melangkah lebih jauh lagi dari hari kemarin," pungkas pengidola kiper Hope Solo dan Manuel Neuer ini.
Timnas Indonesia Wanita menjuarai Piala AFF Wanita 2024 setelah di final mengalahkan Kamboja. Skuad Garuda Pertiwi, julukan Timnas, menang dengan skjor 3-1 di New Laos Stadium, Vientiane.
Advertisement