Lahar Dingin Semeru Melanda, Sebagian Warga Lumajang Mengungsi
Hujan deras yang mengguyur kawasan atas Gunung Semeru mengakibatkan ratusan warga di sejumlah desa di Kecamatan Pronojiwo dan Kecaman Candipuro, Lumajang mengungsi. Pengungsian besar-besaran terjad Kamis, 3 Desember 2020 mulai pagi hari hingga malam ini.
“Warga yang mengungsi semakin banyak sejak Kamis pagi karena warga takut lahar dingin meluap hingga ke permukiman,” ujar Bambang Edy Santoso, warga Desa Oro-oro Ombo, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang, Kamis malam.
Bahkan sejumlah warga yang sempat pulang ke rumahnya masing-masing akhirnya kembali mengungsi ke sejumlah tempat. “Termasuk ratusan warga dari Dusun Rowobaung yang letaknya di bagian atas juga banyak yang mengungsi,” katanya.
Pengungsian besar-besar juga terlihat di Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo. Sebagian pengungsi menempati gedung SD Negeri Supiturang 4, di tenda pengungsian, di masjid Desa Supiturang, hingga di rumah sanak familinya.
Bahkan, sebagian pengungsi terlihat di sepanjang jalan nasional Lumajang-Malang tepatnya di kawasan Piket Nol, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang. “Warga di lereng atas juga pada turun untuk mengungsi ke desa kami. Ada yang mengungsi ke Pos Pengamatan Gunung Sawur,” ujar Nurlaeli, warga Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro.
Pengungsian besar-besaran itu terjadi karena sejak pagi hujan deras mengguyur kawasan Gunung Semeru dan desa-desa di lereng gunung api setinggi 3.676 meter itu. Mereka khawatir, sedimentasi lahar di Besuk Kobokokan meluber menjadi lahar dingin setelah diguyur hujan.
“Besuk Kobokan disebut juga Curah Kobokan karena jalur lahar itu cekung dalam. Tetapi sejak tertimbun material guguran lava dari Gunung Semeru, Besuk Kobokan penuh. Mungkin kalau ditambang besar-besar dengan alat berat, lima tahun tidak akan habis,” kata Nurlaeli.
Kamis pagi, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal TNI Doni Monardo didampingi Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meninjau Besuk Kobokan. Turut mendampingi, Kapolda Jatim Inspektur Jenderal Polisi Nico Afinta, Pangdam V Brawijaya Mayor Jenderal TNI Suharyanto, dan Bupati Lumajang Thoriqul Haq. Mereka melakukan peninjauan dari titik terdampak sampai ke tenda pengungsian warga.
Doni mengatakan, dalam upaya penanganan diperlukan tindakan berupa pengerukan di kawasan Curah Kobokan yang menjadi tempat penampungan lahar panas. "Karena kalau material tidak segera dikurangi, maka jika terjadi hujan lebat di hulu akan bisa terbawa ke pemukiman warga, dan ini yang harus kita hindari," ujarnya.
Sementara itu, Gubernur Khofifah mengatakan akan berupaya untuk melakukan penambahan sistem peringatan dini bencana erupsi, kemudian memperbanyak jalur evakuasi, serta mengeruk sedimentasi material di jalur aliran lahar.
Kamis siang material lahar setinggi sekitar 15 meter di Besuk Kobokan itu terbawa lahar dingin ke sungai-sungai yang berhulu di lereng atas Semeru. Termasuk ke Kali Glidik yang bermuara di perbatasan Lumajang-Malang hingga Kali Asem yang membelah Kota Lumajang.
“Aliran lahar dingin itu sangat mengerikan, di bawah jembatan di Piket Nol sampai terlihat seperti berasap. Mungkin sebagian material lahar itu masih panas, sisa guguran lava beberapa hari lalu,” kata Bambang.