Lagi-lagi Tentang Politik 'Kardus'
Kotak suara kardus yang didesain Komisi Pemilihan Umum diributkan pasangan calon presiden-wakili presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Mereka menilai ada sekenario kecurangan dengan menggunakan kotak suara dari kardus.
Namun dilihat dari sejarahnya, kotak kardus ini ternyata sudah disetujui DPR jauh hari sebelum KPU menetapkan pasangan calon. Bahkan seluruh fraksi termasuk fraksi partai politik pendukung Prabowo-Sandi juga menyetujuinya.
Jauh sebelum kotak suara, istilah "kardus" juga telah membuat heboh politik di negeri ini. Adalah Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief yang meramaikan diksi "kardus" saat mengkritik Prabowo Subianto, masalah pemilihan nama cawapres.
Andi menyerang Prabowo dengan sebutan "jenderal kardus". Saat itu, ia kecewa dengan sikap Prabowo yang memilih Sandiaga sebagai pasangannya di Pilpres 2019.
"Prabowo ternyata kardus. Malam ini kami menolak kedatangannya ke Kuningan. Bahkan keinginan dia menjelaskan lewat surat sudah tak perlu lagi. Prabowo lebih menghargai uang ketimbang perjuangan. Jenderal kardus," kata Andi Arief, melalui akun twitternya pada Rabu 8 Agustus 2018.
Lantas bagaimana sebenarnya polemik "Kotak Kardus" kali ini?
Advertisement