Lagi, Gara-Gara Stres Mau Masuk SMK, Anak Lulusan SMP Bunuh Diri
Kabar menyedihkan kemabli menimpa anak kulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Blitar bunuh diri. Seperti kejadian sebelumnya di kota yng sama, kali ini juga mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri.
Lulusan SMP kedua yang bunuh diri ini bernama Bahterani Ilmiana, 15 tahun. Tinggal di desa Gogodeso, Kanigoro, Blitar. Ia lulusan SMP Negeri Kanigoro. Cita-citanya ingin masuk ke SMK Negeri Kota Blitar.
"Sebelum gantung diri sempat menulis surat 4 halaman. Isinya antara lain menyatakan kalau depresi memikirkan sekolah lanjutannya," kata Choirul Anam, Kepala Desa Gogodesa kepada ngopibareng.id.
Kejadian sebelumnya menimpa Elizabeth, lulusan SMP Negeri I Blitar. Putra seorang dokter. Elizabeth tergolong siswa pandai. Ia pernah menjadi ikut olimpiade matematika di Singapura. Ia ingin meneruskan sekolah ke SMA Negeri 1 Blitar.
Bahterani mengakhiri hidupnya, Kamis, 31 Mei 2018 pukil 14.00. Menurut laporan polisi, ia menggantung diri dengan menggunakan seutas tali. Selain surat, ia meninggalkan buku diary di sekitar twmpat gantung diri.
Kronologinya, sekira pukul 12.00 WIB, seorang saksi mendengar korban di dalam kamar sedang membunyikan musik dengan suara keras. Saksi kemudian mengingatkan agar mengecilkan suara musiknya. Korban sempat menjawab dengan suara pelan.
Saksi lantas berangkat merumput. Sekitar jam 14.00 WIB saksi pulang ke rumahnya dan melihat lampu kamar korban padam dan pintu kamar tertutup. Saksi berusaha membuka pintu ternyata pintu tersebut terganjal meja dari dalam. Setelah di buka paksa, saksi melihat korban sudah dalam keadaan gantung diri pada cor penyangga atap rumah.
Saksi oun berteriak minta tolong. Dengan bantuan nenek korban dan teman korban, si anak diturunkan dengan memotong tali debgan sabit. Si anak sudah dalam keadaan meninggal. Kasus tersebut langsung dilaporkan ke Polsek Kanigoro.
Berdasarkan catatan di buku diarynya, anak tersebut mengaku tidak mendapat kepercayaan dari orang tuanya. Ia selalu dianggap berbohong. Juga tertekan jiwanya menghadapi sekolah yang lebih tinggi.
Yang menarik, mengapa persoalan sekolah lanjutan banyak membuat anak stres dan bunuh diri? Ini menjadi pekerjaan rumah pemerintah.
Advertisement