Kusnadi, Motor Penerjemah Strategi Partai
KETUA DPD PDI Perjuangan Kusnadi berkali-kali meminta Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf mendekat. Ia ingin salah satu Ketua PBNU yang kini disebut-sebut sebagai calon kuat gubernur Jatim itu duduk di sampingnya.
Peristiwa itu terjadi saat keduanya menjemput Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri di Bandara Abdurrahman Saleh Malang, beberapa waktu lalu. Gus Ipul yang dulu secara khusus dititipkan Gus Dur ke Mbak Mega itu pun tetap duduk berjarak tiga orang setelah Kusnadi. "Saya di sini saja Pak Kus," katanya sopan karena tidak ingin orang lain pindah tempat duduknya.
Mendapat jawaban demikian, Kusnadi langsung memberikan laporan banyak hal ke Megawati. Mulai tentang persiapan acara yang akan digelar di Blitar besoknya dan beberapa perkembangan partai yang dipimpinnya di Jawa Timur. Hadir dalam ruangan itu sejumlah tokoh partai berlambang banteng moncong putih. Termasuk Bupati Banyuwangi Azwar Anas dan Walikota Batu Eddy Rumpoko.
Kusnadi memang mempunyai peran penting belakangan ini. Terutama setelah partai nasionalis-religius yang "jabang bayinya" dilahirkan Bung Karno dan dibesarkan putrinya Megawati Soekarnoputri ini harus menghadapi tantangan radikalisasi agama di negeri ini. Juga saat ia harus tetap menjaga prinsip kebhinekaan yang menjadi pilihan bangsa Indonesia.
Lho kok Kusnadi menjadi sangat penting? Ya. Sebab ia adalah ketua DPD PDI Perjuangan di provinsi tempat lahirnya NU dan gudangnya para kiai. Upaya PDI Perjuangan mencari mitra koalisi strategis jangka panjang untuk menjadi benteng trend radikalisasi agama dan gerakan mengancam kebhinekaan akan menemukan passionnya di sini. NU merupakan organisasi keagamaan yang sudah teruji sebagai garda depan penjaga NKRI.
Ya Kusnadi harus ikut menerjemahkan kebijakan politik makro PDI Perjuangan dalam praktik di lapangan. Bagaimana ia harus membangun pola komunikasi baru dengan para kiai maupun dengan warga Nahdliyin di Jatim. Tentu, ia juga perlu menerjemahkan kebijakan partainya sehingga bisa mendekatkan partai pemenang pemilu di tingkat nasional ini.
Dalam berbagai kesempatan kegiatan di Jatim, Megawati memang selalu menceritakan hubungan Bung Karno dan dirinya dengan para pemimpin NU. Dia sebut warga PDI Perjuangan dan warga NU itu banyak kesamaannya. "Di Jatim, kalau Pilkada PDI Perjuangan dan NU selalu seri. Karena itu, kita harus bersama-sama," katanya dalam pidato Peringatan Ulang Tahun Bung Karno dan Hari Lahir Pancasila 1 Juni di Makam Bung Karno, Blitar, bulan lalu.
Dalam pertemuan dengan Ketum PBNU KH Said Aqil Siradj, Ketua PWNU Jatim KH Mutawakil Allalah, dan Gus Ipul di kediamannya Jalan Tengku Umar Jakarta, beberapa tahun lalu, Mbak Mega --demikian ia biasa dipanggil, juga banyak cerita kedekatannya dengan Tokoh NU yg juga Presiden RI ke IV KH Abdurrahman Wahid.
"Dulu kalau ada masalah-masalah keagamaan, saya selalu mendiskusikannya dengan Mas Dur. Tapi sekarang, ketika kita harus menghadapi ancaman terorisme yang mengatasnamakan agama, dengan siapa saya bisa mendiskusikannya," katanya. Mbak Mega biasa memanggil Gus Dur dengan panggilan Mas.
Nah, saya tidak tahu apakah Kusnadi mendapat tugas khusus dari Mbak Mega untuk menjaga hubungan baik dengan NU di Jawa Timur untuk kepentingan makro nasional itu? Yang pasti, belakangan ia sangat aktif dalam setiap kegiatan NU. Bahkan, beberapa bulan sebelum puasa DPD PDI Perjuangan Jatim menggelar kegiatan shalawat di kantornya.
Saya juga tidak tahu apakah dia mendapat pesan khusus dari Mbak Mega atau DPP PDI Perjuangan tentang pemilihan gubernur Jatim mendatang? Yang pasti hubungan antara Kusnadi dan semua jajaran PDI Perjuangan Jatim dengan Gus Ipul sampai ke tingkat cabang berlangsung baik. Malah secara terbuka, Kusnadi menerima dengan lapang ketika Gus Ipul mendaftar menjadi cagub lewat PDI Perjuangan dengan diantar Ketua DPW PKB A Halim Iskandar.
Memang, tanda-tanda koalisi strategis antara PDI Perjuangan dan PKB dalam pemilihan gubernur Jatim mendatang terlihat sangat kuat. Koalisi strategis itu tidak hanya menguntungkan kandidat yang diusung keduanya, tapi juga demi kepentingan partai pengusungnya. Dua partai berbasis keagamaan ahlu sunnah wal jamaah yang nasionalis bergerak bersama partai nasionalis yang harus merangkul kelompok Islam untuk menjaga bangsa Indonesia ke depan.
Apalagi kalau koalisi strategis kedua partai pemilik kursi mayoritas di DPRD ini mampu menggalang kebersamaan dengan partai-partai lain. Menggalang tradisi baru untuk mengusung semangat gotong royong dalam berpolitik di Jatim. Mengedepankan musyawarah mufakat tanpa harus menghilangkan prinsip-prinsip demokrasi dalam proses politik di propinsi ini.
Koalisi strategis dua partai besar di Jatim itu merupakan modal untuk menciptakan stabilitas politik provinsi ini ke depan. Dengan penguasaan kursi parlemen akan membuat pemerintahan lebih mudah untuk menggolkan program-program unggulan untuk masyarakat Jatim. Setidaknya, potensi untuk ganjalan dalam proses budgetting di parlemen akan berkurang.
Apalagi, baik PDI Perjuangan maupun PKB yang sudah menunjukkan tanda-tanda kuat untuk berjalan beriring itu masih membuka ruang untuk partai lain bergotongroyong, bersama-sama, membangun Jawa Timur makmur. Membangun tatanan politik baru, tradisi baru, dan model komunikasi antar partai politik yang menekankan kebersamaan. Bukan persaingan.
Setidaknya, sampai hari ini Kusnadi telah menjadi motor penerjemah strategi partai. Ia telah menjalankan peran itu dengan amat baik. Kini tinggal menunggu akhirnya. Sebab, proses politik itu pada ujungnya yang dilihat hasilnya. Prosesnya bisa dengan barbagai cara, tapi hasil akhirlah yang hendak dicapainya. (arif afandi)
Advertisement