Kurma Azwa di Masjid Al Mubarok Diyakini Bantu Kehamilan
Masjid Al Mubarok di Kelurahan Prajurit Kulon, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto, tak sekadar mempesona dari sisi arsitektur bangunan tempat ibadah. Di halaman masjid yang berkonsep Timur Tengah tersebut juga terdapat pohon kurma jenis azwa berusia puluhan tahun.
Usia pohon kurma yang berada di sudut timur-selatan masjid ini bahkan telah mencapai 20 tahun lebih. Pohon setinggi 10 meter lebih itu hingga kini masih produktivitas buahnya mencapai tiga kali dalam setahun.
Selama Ramadan 1443 Hijriah ini, kurma tersebut memasuki masa berbuah. Khas buah kurma jenis azwa atau dikenal dengan kurma Nabi itu, di halaman Masjid Al Mubarok ini terlihat berbeda.
Bentuknya lebih kecil dari kurma pada umumnya. Serta masih mudah alias kehijauan. Meski demikian, buah dari pohon kurma yang kondisinya kini cukup lebat tersebut, banyak dinanti para jamaah. Bahkan, warga dari luar Kota Mojokerto.
Sekretaris Masjid Al Mubarok Kelurahan/ Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto, Eko Budi Sundoro mengungkapkan, saat ini, memang buah kurma tersebut telah berbuah.
Sejak awal Januari 2022, pohon kurma ini sudah mulai mengeluarkan bunga. Sehingga buah kurma itu diperkuat diperkirakan dapat dipanen setelah lebaran nanti.
”Biasanya memang bulan-bulan puasa ini sudah panen. Namun, tahun ini mundur. Mungkin, nanti setelah Lebaran bisa dipanen,” kata Eko, Minggu 10 April 2022.
Dia menceritakan, dalam setahun pohon kurma yang satu-satunya berdiri di halaman masjid di kawasan Kota Mojokerto ini dapat berbuah hingga tiga kali.
Untuk sekali panen, pengurus masjid, biasa dapat mengumpulkan buah kurma hingga 10 kilogram lebih. ”Tapi tidak dalam kondisi masak (matang). Kita panen dalam kondisi masih hijau. Itu pun sudah banyak yang antre kurma ini, untuk membantu program kehamilan atau menyembuhkan penyakit,” jelas Eko.
Tak sekadar jamaah atau warga Kota Mojokerto. Peminat dari buah kurma azwa Masjid Al Mubarok juga datang dari berbagai kota di Jawa Timur. Bahkan, Jakarta hingga Kalimantan. Sehingga, agar hal tersebut merata dibagikan, pengurus masjid biasa membagi kurma dalam hitungan ganjil. Antara 3 biji kurma hingga 11 biji kurma per orang.
"Semua harus diniati, bahwa yang memberikan jalan (kehamilan dan penyembuhan penyakit) adalah Allah SWT, kurma ini sekadar lantaran saja,” ucap Eko.
Untuk proses perawatan kurma, Eko mengaku selama puluhan tahun ini, pengurus tidak mengalami kesulitan. Perawatan pohon kurma relatif cukup mudah. Tidak berbeda dengan pohon-pohon pada umumnya. Hanya saja, agar pertumbuhan kurma dan azas manfaat buahnya tetap sambung dengan negara asal, pasca panen pengurus masjid biasa menyirami pohon kurma dengan air zamzam.
”Setelah panen saja. Atara 3-5 liter air zamzam. Di bawah pohon dilubangi lalu kita siramkan air zamzamnya. Korelasinya biar nyambung saja dengan negara asal kurma azma ini,” pungkas Eko.
Advertisement