Kurangi Seremonial, Yayasan Asyifa Jakarta Perbanyak Amal Bil Hal
Majelis Taklim dan Dzikar Assyifa Warohma membuat terobosan dalam memperingati Isra' Mikraj dan hari besar Islam lainnya. Dari yang bersifat seremonial, dialihkan pada kegiatan amal nyata atau bil hal.
Yakni kegiatan dakwah yang mengutamakan kemampuan kreativitas perilaku da'i secara luas atau yang dikenal action approach atau perbuatan nyata. Salah satunya dengan menyantuni fakir miskin, menciptakan lapangan pekerjaan, memberikan keterampilan dan sebagainya.
Ketua Yayasan Majelis Taklim Assyifa Warahma, Teguh Widada mengatakan, berdakwah itu tidak sebatas bil lisan ceramah, pidato, tapi perbuatan nyata atau bil hal harus digencarkan juga.
"Ini pengalaman saya pribadi, kalau perut lapar tidak punya apa-apa , berpengaruh pada aktivitas sehari-hari," kata Teguh Widodo kepada ngopibareng.id, Senin, 20 Februari 2023.
Teguh memahami, dirinya bukan seorang ahli ceramah yang membawa risalah tentang amar makruf nahi munkar, karena itu yayasan yang dipimpinnya membuat terobosan dalam berdakwah, yaitu lebih pada bil hal, dimulai dari yang tipis-tipis dulu.
Teguh mengambil contoh, kalau sebelumnya menyambut hari besar Islam seperti Maulud Nabi, Isra' Mi'raj dengan kegiatan yang bersifat ceremonial, sekarang momen itu dibarengi dengan kegiatan sosial, menyantuni anak yatim dan membagikan sembako untuk warga, tanpa membedakan suku dan agamanya.
"Alhamdulillah dalam momen Isra' Mi'raj kami telah membagikan 400 paket untuk anak yatim dan warga," ujar Teguh.
Bapak dua anak yang juga membuka praktik pengobatan tradisional Jl Budiraya Kampung Rawa Timur Jakarta Barat, menjelaskan kalau banyak donasi yang membantunya.
Waktu akan mengadakan santunan anak yatim, tiba-tiba ada kiriman 202 paket sembako dari 'allofresh'.
"Saya berangkat dari titik nol, sekarang sudah bisa membangun gedung di Jl Baru Gili Samping Kebun Jeruk Jakarta Barat, untuk kegiatan majelis taklim dan kegiatan anak-anak cinta Alquran," ujarnya.
Pada hari Jumat dan Sabtu anak-anak berkumpul di yayasan mengasah kemampuan membaca Alquran dengan baik dan benar. Bagi anak-anak yang hafal Alquran, mendapat bonus berupa uang tunai langsung, yang nilainya tergantung pada bobot hafalannya.
"Niat saya untuk mendorong anak-anak supaya lebih bersemangat dalam belajar membaca Alquran," ujarnya.
Ketua yayasan yang oleh warga dipanggil Pakde, terinspirasi jiwa sosial Jusuf Hamka, seorang etnis Tionghoa yang mulai memeluk agama Islam ketika bertemu Buya Hamka di umurnya yang menginjak 23 tahun pada tahun 1981.
Saat mualaf Jusuf Hamka pun langsung diangkat sebagai anak oleh ulama besar Indonesia yaitu Buya Hamka. Jusuf Hamka adalah seorang pengusaha di bidang konstruksi, terutamanya pada pembangunan jalan tol.
Dirinya merupakan pemegang saham mayoritas di PT Citra Marga Nusaphala Persada yang mengoperasikan sejumlah jalan tol besar di Indonesia. Nama Jusuf Hamka kerap kali disebut warganet sebagai sosok crazy rich sejatinya.
Kekayaan Jusuf Hamka yang banyak, tetapi tetap tidak membuat dirinya suka pamer di sosial media. Dengan kekayaan yang cukup banyak, Jusuf Hamka selalu menampilkan kesederhanaan.
Dirinya memiliki motto yang ditulisnya di media sosial, yakni banyak duit jangan sombong, gak banyak duit jangan bohong, gak punya duit jangan nyolong. Setiap Jumat, ia membuka warung gratis di beberapa titik di Jakarta, untuk melayani ribuan warga.
Yusuf Hamka lebih banyak berdakwah bil hal, sehingga kesalehan sosialnya memancarkan Islam rahmatan lil alamin.
Advertisement