Kurangi Penularan Covid-19, RSSA Kembangkan Stetoskop Digital
Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang tengah mengembangkan stetoskop digital. Inovasi ini diberi nama Inoscope. Alat tersebut dirancang untuk mengurangi potensi tertularnya tenaga kesehatan (nakes) dari sebaran virus Covid-19. Inoscope ini dibuat atas kerjasama RSSA Kota Malang dengan sebuah institut kesehatan sebagai pengembang stetoskop digital tersebut.
“Stetoskop merupakan alat diagnostik yang berperan penting bagi nakes. Namun, kita ketahui bahwa petugas kesehatan memiliki resiko pajanan dari pasien yang terinfeksi Covid-19. Karena nakes harus membuka bagian telinga hazmat ketika mendengarkan suara pasien,” tutur Ketua Tim Pengembangan dan Validasi Inoscope, Susanthy Djajalaksana, saat konferensi pers melalui aplikasi Zoom, pada Selasa 29 September 2020.
Untuk mengurangi resiko nakes tertular Covid-19 tersebut, Susanthy mengatakan, butuh inovasi yang bisa meminimalsir kontak antara nakes dengan pasien ketika dilakukan pemeriksaan.
“Untuk itu diperlukan suatu inovasi salah satunya adalah pengembangan dan validasi stetoskop digital yang diberi nama Inoscope,” ujarnya.
Perbedaan Inoscope dengan stetoskop konvensional, yaitu terletak pada kemampuan stetoskop digital tersebut mampu melakukan perekaman suara denyut nadi jantung hingga napas pasien. Suara tersebut ditangkap oleh sebuah head unit yang diletakkan di stetoskop digital tersebut.
“Di bawah head unitnya ada microphone yang menangkap suara. Nantinya akan diubah menjadi suara digital, yang ditangkap oleh mesin dan akan terhubung ke alikasi di handphone. Otomatis dokter tidak perlu membuka hazmatnya,” terang Tim Validasi Inoscope, Aditya Sri Listyoko.
Bahkan dengan adanya stetoskop digital tersebut memungkinkan dokter atau nakes melakukan proses perawatan bisa dilakukan dari rumah, tanpa harus mengunjungi rumah sakit.
“Aplikasi ini akan melakukan perekaman (suara napas dan denyut jantung), yang nantinya bisa diputar di smartphone yang lain. Jadi ada satu smartphone yang ada di ruang perawatan dan bisa didengarkan di tempat lain,” lanjut Adit.
Namun alat tersebut masih dalam tahap pengembangan dan validasi. Tahapan tersebut berkaitan dengan proses pengecekan terkait dengan tingkat akurasi suara hasil perekaman dengan suara napas dan denyut jantung yang didengarkan dari stetoskop konvensional.
“Masih kami kaji lagi bahwa stetoskop yang sudah dikembangkan apakah memiliki tingkat akurasi dan ketepatan suara dari stetoskop yang biasa. Cara melakukan validasi ini. Kami akan validasi stetoskop ini terkait subjek control, subjek sehat dan subjek pasien,” tutup Adit.