Kurang Diperhatikan, Dewan Kesenian Jatim Mati Suri
Kondisi penyebaran virus corona atau COVID-19 benar-benar memberi dampak signifikan terhadap semua sektor. Salah satunya sektor kesenian yang kini mati suri.
Hal ini disebabkan, pagelaran kesenian tidak mendapat izin untuk antisipasi penyebaran virus corona. Kalaupun digelar jumlah penontonnya dibatasi sangat minim.
Mirisnya, saat situasi sedang masuk masa transisi ke era new normal, kehidupan seniman tak beranjak membaik. "Ketika sektor lain mulai bergeliat, ruang kami berkesenian justru masih stagnan. Aktivitas kreatif kami nyaris tak teraktualisasikan," kata Taufik Hidayat selaku Ketua Presidium Dewan Kesenian Jatim saat melakukan pertemuan dengan Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti di Surabaya.
Minimnya perhatian pemerintah membuat beberapa seniman tidak bisa bangkit dari keterpurukan yang dialami dua tahun terakhir sejak pandemi mulai. Aktivitas berkreasi di ruang-ruang publik seperti di bandara, mal dan hotel, sudah tak lagi dilakukan oleh seniman.
Padahal, kata pria yang akrab disapa Taufik Monyong itu, kesenian dan kebudayaan jika diafirmasikan secara baik, maka akan berpotensi besar mendatangkan pendapatan bagi daerah.
"Kesenian dan kebudayaan itu berkontribusi cukup baik terhadap PAD jika diberdayakan dengan baik. Namun, dari dana Rp1,6 miliar untuk pembinaan, kini hanya dialokasikan sebesar Rp250 juta," kata Taufik.
Ia pun meminta kepada Ketua DPD RI memfasilitasi kembali ruang berkesenian, agar seniman dan kebudayaan di Jawa Timur dapat bertahan dan kembali bangkit.
Sependapat dengan Taufik, LaNyalla menegaskan, kesenian dan kebudayaan harus terus dilestarikan.
Senator asal Jawa Timur itu menilai, salah satu aspek penting yang perlu disoroti adalah degradasi kebudayaan yang dialami anak bangsa. Hal itu terjadi lantaran masuknya budaya asing tanpa filter yang baik.
"Ini terjadi karena konstitusi kita tak terjaga dengan baik pasca-amandemen tahun 1999-2002. Dahulu, kebudayaan kita bernafaskan pada Pancasila. Namun saat ini, kebudayaan kita tak lagi memiliki filter, sehingga mengubah watak dan karakter asli kebudayaan nasional, termasuk di Jawa Timur ini," tutur LaNyalla.
Oleh karenanya, LaNyalla mengajak kepada Dewan Kesenian Jawa Timur untuk ikut aktif meresonansikan agar kembali kepada UUD 1945 naskah asli.
"Kita harus kembali kepada UUD 1945 naskah asli agar identitas kebudayaan kita kembali jelas dan tegas sebagaimana sudah dibentuk karakter dan jati dirinya oleh para pendiri bangsa," pungkasnya.
Advertisement