Kurang Alim Bila Kiai Tak Bisa Guyon, Kata Gus Baha'
KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha') memang figur fenomenal dalam dakwah Islam di Indonesia. Gus Baha' selalu tampil rileks, penuh humor, tapi tak kehilangan pesan yang disampaikan.
Dalam setiap kesempatan, Gus Baha nyaris berbeda dengan juru dakwah yang laku di media sosial, yang kerap membikin kesan "garang" dalam Islam.
Suatu ketika, Gus Baha hadir di perpustakaan Ma’had Aly Ponpes Salafiyah Safi’iyyah Sukorejo Situbondo, Jawa Timur. Ketika itu, ia hadir saat digelarnya Haul Majemuk sekaligus reuni akbar alumni santri Sukorejo, yang disambut hangat pada santri.
Dalam diskusi siang itu, Rais Syuriah PBNU ini banyak menyoroti pentingnya untuk tidak terjebak secara tekstualistik dalam memahami Al-Qur’an dan Hadits. Begitu pula dalam mempelajari kitab-kitab klasik.
Menurut Gus Baha, kiai yang setiap ngaji tidak bisa guyon itu kurang ‘alim. Itu sebabnya mengapa dirinya kerap melontarkan guyonan saat memberi pengajian. Lalu dia pun mengutip perkataaan mendiang gurunya KH. Maimoen Zubair.
“Mbah Moen pernah mengatakan bahwa kiai yang ndak bisa guyon saat ngaji itu kurang lengakp ilmunya,” ujarnya disambut tawa hadirin.
Maka dapat dikatakan bahwa selera dan kemampuan humor yang menjadi kekhasan para kiai NU ini menjadi penting agar penyampaian pesan bisa diterima dengan baik dan membekas oleh setiap jamaah.
Melalui humor (guyonan), kiai dapat lebih mudah menyampaikan makna teks-teks yang dapat dikatakan ekstrem dan berat kepada jamaahnya. Hal ini umum diterapkan di setiap pondok pesantren NU di mana pun di seluruh Nusantara.
“Tafsir itu gampang, tapi pastikan dulu kalian faham fikih, sehingga akan mudah menakwil Al-Qur’an. Itu pasti gampang," katanya kepada para santri Ma’had Aly.
Catatan: Para pengajar dan pengurus Ma’had Aly memfasilitasi para hadirin agar dapat bertatap muka dan berdiskusi dalam acara ‘Ngaji Bareng Gus Baha’ 13 Januari 2020.