Kunjungi Command Center 112, DPRD Surabaya Soroti Kerusakan dan Kekurangan Alat di Ruangan
Komisi A DPRD Kota Surabaya menggelar kunjungan kerja sekaligus evaluasi ke ruangan Command Center 112. Di sana, legislator menemukan sejumlah alat penyelamatan yang sudah tidak layak pakai.
Ketua Komisi A DPRD Kota Surabaya Yona Bagus Widyatmoko mengatakan, pihaknya menemukan ada empat alat pemadam api ringan (APAR) yang sudah kadaluarsa di sana.
Alat tersebut sudah lewat tiga tahun masanya dan tidak diganti sejak tahun 2021. Padahal alat sangat berguna sebagai antisipasi awal bila terjadi peristiwa kebakaran di gedung tersebut.
"Ruang command center ini krusial fungsinya. Ini bukan hanya berkaitan dengan keamanan petugas yang ada di sana, tetapi juga warga Surabaya yang butuh pertolongan darurat," ujar Yona, Jumat 15 November 2024.
Politikus Gerindra tersebut juga menyoroti, ruangan Command Center 112 itu memang sangat rawan terjadi kebakaran karena ada ratusan monitor yang menyala 24 jam non-stop. Bila sewaktu-waktu terjadi korsleting dan terbakar, pemadaman tidak bisa maksimal ditangani.
"Air itu bukan pemadam air yang paling efektif. Kami meminta agar hal ini segera ditangani. Kami berikan waktu sepekan untuk kekurangan yang kami temukan dibenahi, minimal APAR ini," ucapnya.
Sementara, anggota Komisi A DPRD Kota Tubagus Lukman Amin menambahkan dirinya juga menemukan kerusakan perangkat lain disana. Ada 14 monitor yang menampilkan CCTV yang memantau sejumlah titik di Kota Surabaya ikut rusak.
"Tapi ternyata ada yang mati dan tidak kunjung dibenahi. Ini perlu menjadi perhatian serius. CC112 ini objek vital, menyangkut seluruh warga Surabaya,"
Tubagus juga menjelaskan, penataan sistem CC 112 dinilainya belum terstandar. Seharusnya ada exhaust untuk menyedot udara panas dari layar. Hal tersebut dapat menjadi penyebab potensi kebakaran karena korsleting listrik. Seharusnya udara dikondisikan sejuk, tapi ternyata pendingin ruangan yang ada tidak memadai.
"Kami tekankan lagi ini menyangkut kebutuhan darurat. Kalau CC Room bermasalah kemana lagi warga mau melapor ketika ada keadaan darurat" kata Ketua Fraksi PKB DPRD Surabaya itu.
Anggota Komisi A DPRD Kota Surabaya lainnya Pdt. Rio Pattiselano menyebut, sistem Command Center 112 juga harus dibenahi. Selama ini, Pdt. Rio menyoroti saat warga melapor ke 112 butuh waktu yang cukup menyita. Memang mereka mengatakan untuk respons time tujuh menit, tetapi itu setelah telepon diangkat.
"Untuk masuk ke telepon dan ditanggapi petugas ini butuh waktu yang lama," kata politikus PSI itu.
Pdt. Rio menegaskan, dengan alasan BPBD Kota Surabaya yang menyebut karena sistem terpusat, seharusnya itu bukan menjadi alasan. Sebabnya untuk mendesain sistem lain pun bisa dan seharusnya untuk Command Center 112 ini juga bisa dilakukan.
"Kami kira alasan seperti itu tidak bisa diterima di era teknologi seperti ini. Kami meminta jalur line telepon ini dibenahi.
Karena untuk memanggil ke CC112 ternyata sulit masuknya untuk diterima operator," katanya.
Pdt. Rio juga menyoroti petugas CC112 dan meminta agar petugas memiliki kemampuan psikologis dan medis tingkat dasar. Saat ada pelapor dalam kondisi panik, mereka bisa memberikan ketenangan. "Ketika ada panggilan medis darurat, sambil menunggu petugas datang bisa memberikan saran masukan untuk pelapor," tutup Rio.