Kunci Kilat Kalahkan Prokrastinasi
Oleh:
Sukma Nurmala dan Ali Mashuri
(Tim Pengabdian Masyarakat Departemen Psikologi FISIP Universitas Brawijaya.
SISWA SMA merupakan kelompok individu dalam tahap pendidikan menengah, yaitu berada di antara pendidikan dasar (SD dan SMP) dan pendidikan tinggi (universitas). Mereka yang biasanya berada pada rentang usia 15 hingga 17 tahun ini berada di tahap perkembangan remaja awal (early adolescence). Mereka juga memiliki kaitan erat dengan prokrastinasi. Beberapa ciri dari tahap ini memengaruhi kemungkinan siswa SMA untuk mengalami prokrastinasi dalam tugas-tugas mereka.
Berikut ini kaitan antara ciri khas perkembangan fase siswa SMA dengan prokrastinasi; seperti pencarian identitas memunculkan ketidakpastian dan menggangu fokus pada tugas-tugas akademik, bagi yang tidak yakin dengan minat dan nilai-nilai mereka mungkin cenderung menunda pengerjaan tugas karena belum mendapatkan gambaran jelas tentang apa yang ingin mereka capai.
Perubahan emosi yang fluktuatif ternyata juga memengaruhi bagaimana motivasi remaja untuk menyelesaikan tugas-tugas akademiknya yang dianggap kurang menarik. Selain itu, seperti hubungan dengan teman sebaya cenderung membuat mereka tergoda menghabiskan waktu bersama teman-teman dibanding mengerjakan tugas, sehingga tugas-tugas akademik menjadi prioritas kedua.
Selanjutnya, kemampuan berpikir kritis juga sedang berkembang pada masa ini, sehingga mereka cenderung mencoba mencari-cari alasan logis untuk menghindari tugas yang dianggap sulit. Terakhir, adanya tren ikut-ikutan teman sebaya untuk menunda pengerjaan tugas walaupun sebenarnya mereka menyadari pentingnya menyelesaikan tugas tepat waktu.
Keunikan Setiap Individu
Penting untuk diingat bahwa setiap individu memiliki keunikan dan respon terhadap tahap perkembangan serta prokrastinasi dapat bervariasi. Namun, memahami ciri-ciri tahap perkembangan siswa SMA yang dapat memengaruhi kecenderungan prokrastinasi nyatanya dapat membantu guru, orangtua, dan siswa itu sendiri untuk mengembangkan strategi yang lebih efektif dalam mengatasi prokrastinasi dan meningkatkan produktivitas. Dalam hal ini, kami memberikan sosialisasi yang bertujuan untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan kecenderungan menunda pengerjaan tugas pada siswa SMA. Selain itu, kami juga memberikan pengetahuan kepada siswa tentang alasan di balik kecenderungan mereka untuk menunda pengerjaan tugas sekolah, dan mengulas aplikasi strategi self-regulated learning secara komprehensif guna mengurangi prokrastinasi dan meningkatkan efektivitas proses belajar siswa. Sosialisasi ini didasarkan pada analisis situasi yang mengindikasikan bahwa siswa SMA seringkali melewati batas waktu pengumpulan tugas, yang pada akhirnya mempengaruhi kesuksesan akademis mereka.
Prokrastinasi sendiri merujuk pada kecenderungan untuk menunda-nunda pengerjaan tugas ataupun tanggung jawab yang harus dijalankan. Fenomena ini seringkali terjadi di kalangan siswa SMA.
Prokrastinator, yang merupakan orang yang cenderung melakukan prokrastinasi, seringkali mengalihkan perhatian dari tugas-tugas penting ke aktivitas yang lebih menyenangkan, meskipun hal ini dapat merugikan mereka.
Temuan di lapangan menunjukkan sejumlah latar belakang siswa menunda tugas; diantaranya persepsi tentang kesulitan tugas, kesulitan memahami materi pelajaran, sulit berkonsentrasi selama mengikuti pelajaran di kelas, adanya pemikiran bahwa batas waktu tugas masih lama sehingga ada waktu untuk bersantai sejenak, dan tergoda oleh kegiatan-kegiatan lainnya yang lebih menyenangkan.
Dampak faktual dari prokrastinasi pada siswa SMA adalah terlambat mengumpulkan tugas, yang akhirnya akan berdampak negatif pada kesuksesan akademis mereka. Oleh karena itu, penting untuk mengatasi prokrastinasi dengan strategi yang tepat. Sosialisasi ini mencakup pemahaman tentang prokrastinasi serta menyajikan beberapa strategi untuk menghindari penundaan tugas-tugas akademik. Beberapa strategi tersebut antara lain:
1. Memanfaatkan Google Calender untuk mengelola jadwal tugas dan aktivitas pribadi serta memberikan pengingat pelaksanaan tugas harian.
2. Menggunakan Daily Work Log untuk mengalokasikan waktu yang dihabiskan dalam pengerjaan tugas sehari-hari dan berguna untuk membangun dialog internal positif untuk memotivasi diri sendiri. Ini meliputi rencana harian, realisasi, hambatan yang dihadapi, dan rencana untuk esok hari. Salah satu cara yang lebih baik adalah dengan berbagi isian Daily Work Log dengan teman sekelas (misalnya, lima orang), sehingga bisa saling mendorong penyelesaian tugas dengan semangat.
Secara keseluruhan, strategi ini menekankan pada skala prioritas tugas, pengaturan durasi waktu penyelesaian tugas, dialog internal (self-talk) yang positif, mempertahankan motivasi belajar, dan mengevaluasi proses belajar yang telah dilakukan. Jika sudah efektif, maka perlu dipertahankan. Namun, jika ada ketidakpuasan, maka perlu dipertimbangkan untuk mengubah strategi belajar.
Sosialisasi yang diikuti oleh 59 siswa ini (33 siswa perempuan, 26 siswa laki-laki) dilakukan di dua kelas X yang berbeda. Hasilnya menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang prokrastinasi sebesar 72.9% dari partisipan, yang merupakan perubahan positif yang signifikan. Urutan efektivitas sosialisasi dalam menyampaikan informasi adalah strategi mengatasi prokrastinasi, tanda-tanda prokrastinasi, dan konsep prokrastinasi. Ditemukan juga bahwa peningkatan pemahaman peserta sosialisasi hanya terjadi karena kehadiran di kegiatan ini.
Sosialisasi ini mampu meningkatkan pengetahuan siswa SMA, sehingga lebih berdaya untuk membangkitkan pencegahan mandiri (swacegah) terhadap prokrastinasi, mengenali tanda-tanda prokrastinasi saat gejala tersebut muncul, dan menyusun langkah-langkah yang tepat dimana anak bisa secara sadar dan telaten mengelola diri untuk tidak menunda.
Mencermati lebih lanjut, dapat dikatakan bahwa sosialisasi ini menguraikan fakta implisit bahwa beberapa anak tidak menyadari bahwa terdapat cara efektif untuk menangani penundaan.
Sosialisasi sederhana ini nyatanya mampu membangkitkan kesadaran tersebut, sedari diri, dan kami pun menduga bahwa dapat terus digunakan hingga tahap perkembangan lebih lanjut – hingga mereka bekerja ataupun nantinya menjadi warga negara yang produktif.