Kunci Jawaban SD Kelas 4-6: Suku dan Budaya Indonesia
Siswa Sekolah Dasar (SD) kelas 4-6 akan mendapatkan materi Belajar dari Rumah TVRI, Selasa 15 September 2020. Tema Suku dan Budaya tayang pada pukul 09.00-09.30 WIB.
Kompetensi Numerasi yang ingin dicapai adalah mengidentifikasi berbagai bentuk keberagaman suku bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan.
Nantinya, setelah selesai pemaparan materi dalam setiap segmennya, akan muncul pertanyaan yang harus dijawab oleh para siswa. Perlu diingat, artikel ini hanya digunakan oleh orangtua untuk memandu proses belajar anak. Orangtua harus mendorong anak untuk menyelesaikan soal berdasarkan tayangan yang telah ditonton.
Soal
1. Ceritakan dengan bahasamu sendiri, bagaimana sejarah terbentuknya Kerajaan Sriwijaya?
2. Apa yang kamu ketahui tentang Suku Asmat saat ini? Apakah mereka masih sangat lekat dengan kebudayaannya yang unik ataukah sudah menyesuaikan dengan perkembangan zaman? Jelaskan pendapatmu!
3. Indonesia adalah negara yang beragam suku bangsa, apa yang harus kamu lakukan agar keberagaman ini dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa?
Jawaban
1. Sejarah terbentuknya Kerajaan Sriwijaya Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan Budha yang berdiri pada abad ke-7 dibuktikan dengan adanya prasasti kedukan bukit di Palembang (682).
Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan yang kuat di Pulau Sumatera. Nama Sriwijaya berasal dari bahasa Sanskerta berupa “Sri” yang artinya bercahaya dan “Wijaya” berarti kemenangan.
Sehingga dapat diartikan sebagai kemenangan yang bercahaya atau gemilang. Kerajaan Sriwijaya berada pada kawasan Candi Muara Takus (Provinsi Riau). Kerajaan Sriwijaya dipimpin oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa sebagai raja pertama.
Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7, seorang pendeta Tiongkok dari Dinasti Tang, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan.
Selanjutnya prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682.
Kerajaan Sriwijaya berjaya pada abad 9-10 Masehi dengan menguasai jalur perdagangan maritim di Asia Tenggara. Sriwijaya telah menguasai hampir seluruh kerajaan Asia Tenggara, diantaranya: jawa, Sumatera, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Filipina.
Sriwijaya ini menjadi pengendali rute perdagangan lokal yang menggunakan bea cukai kepadaa setiap kapal yang lewat. Hal ini karena Sriwijaya menjadi penguasa atas Selat Sunda dan Malaka
Selain itu, Kerajaan Sriwijaya juga mengumpulkan kekayaannya dari jasa pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar Tiongkok dan India.
Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya
Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahannya mulai menyusut dikarenakan beberapa peperangan di antaranya tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari Koromandel, selanjutnya tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya di bawah kendali kerajaan Dharmasraya.
Raja Rajendra Chola, penguasa Kerajaan Cholamandala berhasil merebut bandar-bandar kota Sriwijaya. Peperangan ini disebabkan karena Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Cholamandala bersaing pada bidang perdagangan dan pelayaran.
Dengan begitu, tujuan dari serangan Kerajaan Cholamandala tidak untuk menjajah melainkan untuk meruntuhkan armada Sriwijaya. Hal ini disebabkan ekonomi Kerajaan Sriwijaya semakin melemah karena para pedagang yang biasanya berdagang di Kerajaan Sriwijaya terus berkurang.
Tidak cuma itu, kekuatan militer Sriwijaya juga semakin melemah sehingga banyak daerah bawahannya yang melepaskan diri. Akhirnya, Kerajaan Sriwijaya runtuh pada abad ke – 13.
Setelah keruntuhannya, kerajaan ini terlupakan dan keberadaannya baru diketahui kembali lewat publikasi tahun 1918 dari sejarawan Prancis George Cœdès dari École française d'Extreme-Orient.
2. Daerah kebudayaan suku bangsa Asmat adalah daerah pegunungan di bagian selatan Papua (Irian). Suku bangsa Asmat terdiri dari Asmat Hilir dah Asmat Hulu.
Asmat Hilir bertempat tinggal di dataran rendah yang luas sepanjang pantai yang tertutup hutan rimbun, rawa dan sagu. Sedangkan suku Asmat Hulu bertempat tinggal di daerah berbukit-bukit dengan padang rumput yang luas.
Suku bangsa Asmat menggunakan bahasa lokal yaitu bahasa Asmat. Mereka telah memiliki perkembangan dalam hal pembangunan, akan tetapi mereka masih mempertahankan dan melestarikan kebudayaannya, karena bagi mereka itu merupakan warisan budaya yang tidak ternilai.
Bahkan secara sosial budaya mereka masih manusia asmat sejati yang hidup dari meramu. Hanya pola-pola meramunya saja yang semula hanya pola-pola sederhana, tradisional dan naturalis, kini ada juga pola-pola yang lebih modern, canggih dan teknis.
3. Indonesia sebagai negara yang beragam suku bangsa, kita sebagai masyarakat untuk menjaga keberagaman ini dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa harus saling menghormati, tidak saling mencaci budayanya masing-masing agar selalu hidup rukun dan terteram serta damai. Kita juga harus menghargai dan bersikap toleransi dari perbedaan yang ada serta menjunjung tinggi rasa Bhineka Tunggal Ika.
* Artikel ini hanya digunakan oleh orangtua untuk memandu proses belajar anak dan mengoreksi jawaban sesuai bidang materi siswa.
Advertisement