Kulit Kreasindo, Kerajinan Dekoratif yang Bermula dari Rasa Geregetan
Berawal dari rasa geregetannya pada kerajinan dekoratif berbahan stainless yang kurang estetik, Hermin Sugianingsih kemudian membuat kerajinan tangan berbahan kulit. Mulai dari kulit sintetis hingga kulit asli, bernama Kulit Kreasindo Product.
Ini bermula ketika dirinya yang bertamu ke rumah temannya dan melihat bahwa pajangan yang terbuat dari stainless ini tak cocok dengan nuansa rumah temannya yang menurutnya mewah.
"Sekitar tahun 2010, saya bertandang ke rumah teman saya, rumahnya mewah, tapi yang ada di situ, ada rak mineral, terbuat semacam besi, kelihatannya kok kurang bagus, kurang cocok, padahal rumahnya mewah," katanya.
Akhirnya terbersit keinginan untuk membuat kerajinan yang terbuat dari kulit. Usaha itu pun dimulainya bersama rekannya, Hermin berusaha membuat berbagai produk kulit dengan dibantu suaminya sejak 2010 lalu.
Sayangnya, kelangengan usaha pun akhirnya harus diakhiri dikarenakan temannya tidak mau berlaku jujur terhadap pembagian hasil usaha. Akhirnya dia pun memutuskan mendirikan sendiri usaha pembuatan produk kulit itu.
Macam-macam produk yang dihasilkan oleh wanita dengan 3 anak ini yakni toples, tas, tempat payung, hantaran pernikahan, accessories, tempat tissue dan lain sebagainya. Dengan harga terendah mulai Rp 50 ribu hingga Rp 525 ribu, istri dari Effen Winarto itu, memberanikan diri untuk keluar dari pekerjaannya sebagai wanita karier dan membuka Kulit Kreasindo Product.
“Sebelum membuka usaha membuka kerajinan kulit ini, jabatan terakhir saya adalah branch manager finance di salah satu perusahaan di Surabaya,” kata Hermin Sugianingsih kepada saat ditemui di kediamannya di jalan Barata Jaya XVII.
Selain itu, pengusaha wanita yang mempunyai 6 karyawan ini berani keluar dari rutinitas pekerjaan dulu dikarenakan keinginannya untuk mendarmabaktikan diri menjadi pelayan masyarakat menengah ke bawah.
Mulai dari modin wanita (memandikan jenasah khusus wanita di kawasan Barata Jaya) hingga menjadi kepala sekolah PAUD Manggis di kawasan Jagir Tangsi sejak tahun 2009.
“Berkat doa dari warga yang terbantu dengan usaha saya membuat produk dari kulit ini laris manis lho,” ujarnya lalu tertawa.
Peraih penghargaan Cipta Adi Karya Nugraha di tahun 2015 ini juga mempunyai beberpa outlet untuk memamerkan berbagai produk kulitnya. yaitu di Royal Plasa, kantor Pemkot Surabaya, terminal Internasional Juanda, sentra UKM MERR, Dinas Perindustrian, Perdagangan (Disperindag) Kedungdoro dan Museum Surabaya di Jalan Tunjungan, dan pusat perbelanjaan besar di Surabaya lain.
“Namun produk saya berbeda dengan lainnya. Mulai dari bahan yang dipakai yaitu biasanya produk lain bahan dasarnya pakai kertas karton sedang kami tidak. Harus memakai triplek dan kayu. Itu membuat produk kami awet hingga disenangi kalangan menengah atas. Sedangkan kulit saya ambil di Kramat Gantung Surabaya dan sebagian ada yang pesan di Jakarta,” aku dia.
Pada 2015, Hermin memutuskan untuk bergabung menjadi UKM Binaan BUMN, PT Semen Indonesia. Dengan menjadi mitra binaan, Hermin mendapatkan bantuan modal Rp 15 juta. dana itu olehnya dipergunakan untuk membeli mesin plong kulit unruk kelancaran usahanya.
Selain itu, dengan menjadi mitra binaan, membuat Hermin terus menerus mengikuti berbagai pameran di seluruh Indonesia. Sebulan biasanya, Hermin mengikuti pameran 3 hingga 4 kali.
Tak cuma itu, Hermin juga mengaku kerap kali mendapat manfaat dari bimbingan dan workshop dari Semen Indonesia. Hal itu, menurutnya menjadi sangat berguna bagi para pengusaha, untuk mengembangkan kreasi dan potensi produknya.
Perempuan 49 tahun itu kini bisa memasarkan produk homemade-nya ke seluruh pelosok Indonesia, bahkan ke beberapa negara lain seperti Swiss, Australia, Timor Leste, Malaysia, dan Singapura. (frd)
Advertisement