Kuliah di UNUSA, Tidak Perlu Repot-Repot Beli Alat Tulis dan Buku Literatur
Kuliah di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA) tidak perlu repot-repot lagi beli buku tulis, pulpen, pensil, dan semua alat tulis lainnya. Cukup dengan satu tablet yang itu akan mendampingi semua kebutuhan selama perkuliahan, bahkan hingga sampai bangun pagi pun sudah tidak perlu lagi dibangunkan teman atau orang tua. Semua cukup dengan satu tablet.
UNUSA satu-satunya perguruan tinggi yang memanfaatkan keuntungan digital dalam perkuliahan. Mahasiswa atau dosen atau tidak perlu lagi beli kertas atau alat tulis lainnya. Karena di UNUSA apa yang menjadi kebutuhan mahasiswa maupun dosennya semua sudah ada.
Misalnya kalau kita butuh buku di perpustakaan tinggal klik di tablet, butuh materi kuliah dosen tidak perlu susah-susah foto copy, tinggal klik di tablet. Begitu juga pihak kampus, apabila butuh dokumen, tinggal klik di tablet bank data. Semua ini sudah tersedia di E-Sorogan. Apa itu E-Sorogan?
Dekan Fakutas Teknik Universitas NU Surabaya (UNUSA), Dr Istas Pratomo, MT menjelaskan E-Sorogan itu aplikasi yang membantu mahasiswa dalam segala hal, misalnya mencatat materi kuliah, melihat jadwal kuliah, mencari buku literatur di perpustakaan, mendapatkan materi perkuliahan dosen, melihat jurnal, membaca Al Qur'an, hingga alat untuk membangunkan tidur Anda di waktu pagi hari.
"Sehingga kertas, pulpen, pensil, atau alat tulis lainnya sudah tidak ada. Bahkan pada saat kuliah pun mahasiswa tidak perlu buka-buka buku. Di meja kuliah bersih, yang ada hanya tablet," katanya.
Lanjut Istas, E-Sorogan ini sebenarnya tablet yang berisi tentang aplikasi yang berisi tentang kebutuhan selama di UNUSA yang namanya UNUSA Cyber Gate. Mengapa dinamakan Sorogan? Sorogan adalah pembelajaran interaktif yang biasa dilakukan santri di pesantren.
"Jadi ini bisa dijadikan asisten bagi mahasiswa. Di mana pun, kapan pun dan apapun yang dibutuhkan mahasiswa sudah tersedia. Gak perlu lagi hafalin alamat web, cukup lihat di tablet itu," katanya.
Konsep E-Sorogan, menurut Istas, adalah membangun kultur digital dengan memanfaatkan digital deviden. "UNUSA harus sudah memanfaatkan digital semua. Jadi kertas-kertas nanti hilang semua. Sudah gak ada lagi pulpen, kertas. Itu namanya membangun kultur digital. Jadi bagaimana semuanya terdigital. Misalnya kalau akreditasi atau tim asesor mau verifikasi perlengkapan akreditasi, pakai bank dokumen. Semua dokumen sederet itu sudah ada di bank data," ujarnya.
Sekarang ini zamannya sudah modern. Semua orang sudah bisa beli handphone android. Semua orang baik desa maupun kota sudah memanfaatkan bonus dari keuntungan digital. "Jadi kalau sudah ada handphone ya jangan ajak rapat di pos kampling lagi. Kalau sudah ada group WatsApp ya jangan ada lagi pakai manual. Karena inilah UNUSA memanfaatkan keuntungan dari kecanggihan digital," tambah salah satu dosen ITS.
E-Sorogan itu model pembelajaran ala pesantren.
Konsepnya e-sorogan itu adalah sistem pembelajaran pesantren ala UNUSA. Mengapa dinamakan ala UNUSA? Kata Istas, karena belum ada yang menggunakan aplikasi ini. "Hanya UNUSA satu-satunya perguruan tinggi yang memanfaatkan keuntungan atau deviden digital. Mungkin di Indonesia. Makanya dinamakan ala UNUSA," katanya.
E-Sorogan ini konsepnya kapan saja, dimana saja, dan apa saja. Kenapa kok kapan saja, dimana saja, dan apa saja? "Kapan saja setiap mahasiswa ingin buku di perpustakan tinggal lihat di e-sorogan. Tidak ada batasan waktu, mau sore, pagi, malam semua tinggal niat mahasiswa kapan ada kesempatan. Kemudian dimana saja, semua kebutuhan mahasiswa itu bisa diakses di manapun tempatnya, mau di rumah atau di pasar, atau dimana pun tempatnya bisa akses buku diperpusatakaan dengan tanpa harus datang ke perpustakaan," katanya.
Mulai bangun pagi pakai alarm tahajud. Kemudian habis sholat subuh mau baca AL Qur'an tinggal lihat di e-sorogan. Habis baca Al Qur'an mau lihat jadwal kuliah tinggal lihat di e-sorogan. Mau belajar mata kuliah yang akan diajarkan dosennya tinggal lihat di e-sorogan.
"Nah semua sudah ada di e-sorogan. Keren lagi sambil nunggu lift bisa belajar materi kuliah dosennya. Karena materi kuliah itu juga sudah diupload di bank dokumen. Mahasiswa tinggal lihat saja. Bahkan sampai menuju ruang kuliah, dia belajar juga. Apa yang dijelaskan dosennya, ya muncul juga di aplikasi milik mahasiswa itu," kata Istas sambil menunjukkan video pemanfaatan e-sorogan untuk kegiatan kampus.
Bahkan e-sorogan juga bisa dipakai untuk mencatat apa yang belum ada dalam penjelasan dosen atau tambahan-tambahan materi. Uniknya mencatat tidak hanya dilakukan satu orang saja, bisa dilakukan lima orang sekaligus. Dan lagi menulisnya tidak memakai tangan melainkan dengan bersuara. "Kita tinggal ngomong, maka apa yang kita omongkan itu sudah tertranskrip naskahnya dalam bentuk tulisan," katanya.
E-Sorogan ini, lanjut Istas, memang dirancang untuk membudayakan digital. Semua keperluan mahasiswa maupun dosennya sudah ada di e-sorogan. Misalnya lagi pada saat mahasiswa bimbingan tugas akhir atau skripsi, tinggal diajukan ke dosennya langsung dan bisa dilihat secara bersama antara mahasiswa dan dosen pembimbing. "Beda dengan dulu, kita pada saat mau bimbingan naskah harus diprint dahulu, baru diajukan bimbingan. Nah sekarang dengan e-sorogan ini bimbingan cukup dilihat di bank data mahasiswa," katanya.
Dan dengan e-sorogan ini, bimbingan tidak perlu harus mencari-cari dosennya. Dengan e-sorogan ini bimbingan skripsi bisa dilakukan dengan sistem jarak jauh. "Tidak perlu lagi nunggu dosen, tidak perlu lagi pakai kertas, semua cukup di e-sorogan," ujarnya.